Bab 29

3K 65 5
                                    

Selamat membaca 🤗

5 Tahun kemudian

Adam membawa putranya pada salah satu outlet sepatu yang berjejer. "Jangan cemberut ah! Coba pilih dulu, kamu sukanya yang mana." Tutur Adam, seraya menunjuk jejeran sepatu-sepatu sport.

"Tadikan udah beli sepatu." Sahut Abimana.

"Tadikan sepatu sekolah, kalau yang ini sepatu jalan, atau sepatu buat olahraga." Jawab Adam.

Abimana langsung mengambil sepasang sepatu secara acak. "Yang Ini aja" tuturnya.

"Dilihat dulu, dicoba dulu. Jangan asal ambil aja." Gerutu Adam mengomentari kelakuan putra bungsunya itu.

"Ayah, aku mau pulang, udah Ngantuk banget." Imbuh Bima menyampaikan keinginan hatinya. Bagaimana tidak kesal, pagi-pagi sekali sang ayah sudah membangunkannya, lalu mengajaknya belanja persiapan sekolah untuk memasuki masa SD, Abimana bahkan belum mandi saat berangkat.

"Kemarin protes, katanya ayah udah lupa sama anak, kamu bilang ayah lupa waktu, terlalu sibuk kerja." Gerutu Adam. 'giliran dikasih waktu, diajak jalan protes.' monolognya.

Sekarang Abimana sadar alasan dibalik inisiatif sang ayah mengajaknya belanja keperluan sekolah, rupanya karena sindirnya beberapa hari yang lalu. Pasalnya dia mengajukan protes mengenai kegilaan ayahnya dalam bekerja, hampir 1 bulan libur kenaikan kelas, Abimana tidak diajak liburan sama sekali, sudah melakukan aksi diam untuk memberikan kode, tetap saja orangtuanya tidak peka. Ayahnya malah menyuruhnya hangout bareng temannya, padahal semua temannya pada pamer kegiatan holiday sama keluarga.

Bima menghentakkan kakinya, dia masih kesal dengan kelakuan sang ayah. "Ayah, aku maunya liburan. Bukan belanja." Gerutu Abimana.

Adam menghela nafas kasar, lalu mendekatkan diri pada sang putra, "ayah minta maaf ya! Kita belum bisa liburan dulu, ayah lagi banyak masalah." Tutur Adam.

Abimana menunduk, dia terkesan seperti anak yang banyak menuntut. Meminta liburan saat orangtuanya dalam kondisi yang tidak memungkinkan. Apalagi semalam dia menguping sedikit cekcok diantara ayah dan ibunya. Abimana mendengar sendiri, kalau ibunya mendesak sang ayah menyuruh kakaknya, Abimanyu segera pulang, dan hal itu menimbulkan adu argumentasi yang bisa Abimana simpulkan, kalau ayahnya tidak suka sang kakak pulang.

"Ayah kita pulang aja, ibu pasti nungguin." Imbuh Abimana.

Selama perjalanan pulang, pasangan ayah dan anak itu tidak mengeluarkan suara, Adam berusaha fokus menyetir, ekspresi kecewa sang anak menumbuhkan rasa bersalah didalam hatinya. Sedang Abimana berusaha tidur, dia menutup mata demi menghindari kecanggungan dan rasa bersalahnya.

Adam mengira putranya sudah tertidur, dia mengelus rambut Abimana. "Maafin ayah ya!" Lirihnya. Adam tidak tau, ucapnya itu membuat Abimana semakin bersalah, dia merasa egois karena tidak memahami posisi orangtuanya.

Sampai digarasi, Abimana keluar lebih dulu, dia hanya ingin dipeluk sang ibu.

"Hei! Pelan-pelan." Ucap Shela dengan suara yang sedikit keras, dia khawatir pada sang putra yang berlari kencang kearahnya.

"Ibu." Imbuh Abimana, setelah memasuki pelukan sang ibu.

"Kenapa, humm." Tanya Shela dengan lembut.

"Maaf." Gumamnya.

Adam yang baru tiba, memberikan kode pada sang istri.

Menangkap kode yang diberikan suaminya, Shela langsung mengurai pelukannya. "Bicara sama ayah ya!" Suruh Shela, dia mengambil Tote bag belanjaan dari Adam, lalu meninggalkan ayah dan anak itu.


"Maaf ayah." Ujar Abimana memulai perbincangan.

"Ayah juga minta maaf karena lupa sama anak sendiri,juga lupa ngajak liburan ." Kekeh Adam dengan senyum kecil.

"Ayah gak salah, Bima yang salah. Ayah maaf." Tutur Abimana, dengan mata berkaca-kaca.

Adam langsung membawa anaknya dalam pelukannya, "berarti kita berdua sama-sama salah, jadi harus saling memaafkan." Imbuh Adam sambil tertawa kecil guna mengurangi suasana melankonis.

"Makasih ayah." Jawab Abimana.

Love And SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang