Bab 44

2K 108 5
                                    

Selamat membaca. 100 voting, bab baru akan update.

Dara, Hanny dan Masrina tiada henti menggunjing Sarah. Bahkan tidak sekedar berbisik, mereka sengaja mengencangkan suara supaya Sarah mendengar langsung.
Mereka ingin Sarah datang untuk sekedar menunjukkan kerisihan, ataupun melabrak sekalian. Tapi Sarah selalu melenggang begitu saja, seperti tidak menganggap keberadaan mereka.

"Si Sarah pakai dukun mana sih?" Bisik Masrina.

Dara hanya bergumam, namun matanya mengikuti pandangan Masrina.
Sarah seperti biasa begitu cantik dan menawan. Berjalan bersama Abimanyu dibelakangnya. Bos besar mereka itu seperti pria cabul yang tidak melepaskan pandangan dari Sarah.

Dara mengepalkan tangan. Kenapa semua pria memuja Sarah. Bahkan Abimanyu yang terkesan dingin seperti pria baik-baik, pada akhirnya terjerat pesona Sarah.

Hanny juga ikut tersulut emosi. "Pulang kantor kita nongkrong ya, aku punya rencana." Ujar wanita itu dengan suara kecil. Mereka sedang dikubikel masing-masing, jadi Meraka harus menjaga sikap.

Hampir semua karyawan perempuan iri pada Sarah, namun mereka tidak seberani Hanny, Dara, dan Masrina yang memang sudah staff  khusus.
Sarah itu seperti wanita spesial, entah apa kehebatan wanita itu. Seperti sekarang ini, seluruh karyawan sudah dari 3 jam yang lalu bekerja dikubikel masing-masing, tapi lihat lah dengan pedenya Sarah berjalan santai. Padahal sudah sangat terlambat dari jam kerja.






Baru saja memasuki ruang kerja, Abimanyu sudah kehilangan semangat kerja.

Menutup berkas perkerjaan. Abi fokus pada tangkapan cctv pada laptopnya, terlihat Sarah sedang berkutat pada pekerjaannya.
Abimanyu mengelus wajah Sarah yang dilayar. "Sangat cantik" gumam Abi.

Abimanyu mengutuk diri sendiri. Dia meraba dada yang  berdetak tak karuan. Sarah sukses menjadikannya pria bodoh.

Semua masih terekam diingatanya. Setiap momen yang mereka lewati tak lekang sama sekali. Bagaimana wanita itu tertawa, menangis, dan marah, semua tidak akan pernah Abimanyu lupakan.




"Tok...tok..tok."

Suara ketukan membuat Abi terjaga dari angan-angan masalalu.

"Masuk." Jawab Abimanyu.



Setelah mendapat izin. Sarah memasuki ruangan Abimanyu.

"Permisi pak, saya mau mengambil berkas yang saya titip kemarin, apa sudah ditandatangani?" Ucap Sarah.


"Tadi pagi kamu terlambat?" Ucap Abimanyu, Balas bertanya.

"Maaf pak, tadi pagi saya ada keperluan. Saya tidak akan mengulanginya." Jelas Sarah.




"Apa kamu tidak merasa penampilanmu berlebihan? Ini kantor, kenapa memakai rok sependek itu." Cetus Abi.
Dan seketika Abimanyu merutuku mulutnya.
Kenapa juga dia terdengar seperti kekasih yang posesif.


Sarah mengernyit bingung. Apa dia tidak salah dengar? Tidak ada yang salah dengan penampilannya, Sarah juga bukan tipe wanita yang nyaman memakai pakaian yang terlalu minim. Bisa dipastikan pakaiannya masih sangat wajar.


"Lain kali, saya akan memakai rok yang lebih panjang."
Daripada meladeni Abimanyu, Sarah memilih   mengalah.

Abimanyu berdecih. "Tadi pagi ada urusan apa? Memang ada yang lebih penting dari urusan kantor."
Seakan tidak mau melepas Sarah, pria itu kembali mengkonfrontasi Sarah.

Kalau tidak mengingat posisi, ingin rasanya Sarah mendengus. Abimanyu pasti tidak dalam suasana hati yang bagus, sehingga mencari gara-gara Padanya.

"Kata pak Adam, besok kita disuruh ke rumah, jam 9 pagi." Ungkap Sarah.

"Tadi pagi, kamu kesana."  Balas Abimanyu.

"Iya, makanya aku telat." Cetus Sarah.



"Kenapa gak ajak aku? Kamu egois banget sih, kamu yang bilang untuk gak kesana dulu. Sekarang kamu pergi tanpa sepengetahuan ku. Memangnya cuma seorang ibu yang penting, apa aku....."

Abimanyu sangat marah, dia sudah mengepalkan tangan, lengkap dengan wajah yang memerah. Entah karena terlalu marah atau sedih, kedua matanya juga berkaca-kaca. Bibirnya kelu, tak sanggup melanjutkan setiap umpatan kepada Sarah.

"Abi, aku pikir kalau kamu ikut pasti bikin keributan. Tadi, Bima juga belum berangkat sekolah. Kasihan dia kalau lihat kamu marah-marah.
Besok juga, pak Adam suruh kesana setelah Bima berangkat sekolah." Ujar Sarah.

"Sebenarnya, kamu dipihak siapa sih? Kok kelihatannya kamu lebih suka Bima diasuh orangtua ku. Apa kamu gak punya keinginan untuk membesarkan anak mu sendiri." Sarkas Abimanyu.

Sarah diam seribu bahasa. Ada banyak hal yang ingin disampaikan pada ayah dari anaknya itu. Bahwa keinginan Abimanyu, juga keinginannya. Harapan mereka sama, tapi tidak semudah itu. Apa Abimanyu tidak berpikir panjang? Ini bukan tentang seorang ayah atau ibu yang ingin memperjuangkan anaknya. Bagaimana menjelaskan kepada Abimanyu, bahwasanya mereka lah penjahatnya, mereka yang salah. Mereka sepasang kekasih yang menghadirkan seorang anak tanpa ikatan pernikahan.

Memang seberapa besar kesalahan Adam? Sarah hanya seorang ibu yang dibelenggu utang budi. Lupakah Abimanyu, kalau Adam yang ia sebut ayah diktator, sudah menyelamatkan anak mereka.

Love And SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang