Bab 28

3.2K 83 1
                                    


Selamat membaca 🤗
Kalau boleh divote ya!!!








Abimanyu menatap sengit Sarah, "kamu tidak berhak bersuara, aku tidak akan menyerahkan Bian, kalau kamu mau pergi, pergi aja, biar aku yang urus Bian." Tutur Abi, dia tidak tau kenapa Sarah Setega itu, menyerahkan anak mereka begitu saja.

"Abi, ini semua demi kebaikan Bian" lirih Sarah, harusnya Abi sadar Sarahlah orang yang paling terluka atas keputusan berat ini, ibu mana yang mau berpisah dengan anaknya, lupakah Abi kalau Sarahlah yang melahirkan dan merawat Bian selama ini, kenapa Abi melihatnya seolah-olah Sarah seorang ibu yang jahat.

"Kamu tidak percaya aku bisa menghasilkan uang, aku akan bekerja keras." Imbuh Abi dengan suara getir, dia masih tidak percaya Sarah memilih menyerah.

"Bi, kamu pasti tau seberapa besar aku menyayangi Bian, aku menyayanginya  lebih dari apapun, aku tidak mau menempatkan anak kita diposisi yang beresiko." Jawab Sarah.


"Ibu ngomong apa? Dia nakut-nakutin kamu? Kasih tau aku!" Hardik Abi. Dia kira Sarah berubah pikiran karena dipengaruhi sang ibu.


"Ibu kamu gak bilang apa-apa, ini murni keputusanku. Bi, ini semua demi Bian." Sarah kembali meyakinkan Abi.


Abi terkekeh. "Tau apa kamu tentang kebahagiaan Bian. Kamu tau ayahku, dia tidak pernah menjadi sosok ayah yang aku inginkan, lalu aku harus meletakkan anakku pada posisi yang aku sendiri tidak mengharapkannya." Jelas Abi, dia ingin Sarah tau, kalau menyerahkan anak mereka sama saja merenggut figur seorang ayah dari Bian. Ayahnya sudah gagal menghadirkan figur ayah yang baik untuknya, bukan tidak mungkin Bian juga akan mengalami hal yang sama. Ayahnya tidak akan berubah.




"Abi, ibumu udah janji untuk membesarkan Bian sebaik mungkin."

"Dan kamu percaya." Abi kembali terkekeh, kenapa Sarah terlalu naif, dia yang anak kandung saja tidak disayangi dengan baik oleh sang ayah, apalagi Bian, anak yang tidak diharapkan keberadaannya.







"Mereka ngomongin apa aja sih! Kok lama betul." Gerutu Adam.

Shela menghela nafas, entah bagaimana dia memberitahu suaminya, kalau Abi dan Sarah sedang membahas hidup anak mereka, tentu saja itu penting, dan akan menyita banyak waktu.

"Nanti kalau akhirnya mereka setuju menitipkan Bian sama kita, saya harap kamu berubah, Biar bagaimanapun Bian ini cucu kita, darah keluarga paras mengalir dalam dirinya." Tutur Shela. Dia serius mengenai ini, Shela tidak mau Bian ditempah oleh tangan keras seperti suaminya.


"Iya... Iya...kita masuk aja, kalau mereka kelamaan ngobrol, nanti Sarah berubah pikiran."




Shela yang menggendong Bian, mengikuti langkah Sang suami ketempat Abi dan Sarah yang sengaja mereka kasih waktu untuk bertukar pikiran.


"Hummm. Gimana keputusannya." Tanya Adam, mengintrupsi Abi dan Sarah yang terlihat sedang adu argumen.



Abi dan Sarah tidak bersuara, mereka kompak tertunduk dan menutup mulut.

"Abi, kamu gak usah khawatir, yang akan membesarkan Bian itu bukan orang lain. Ibu sama ayah yang akan merawatnya. Sama seperti ibu yang menyayangimu, demikian pula ibu akan menyayangi anakmu. Kamu bisa percaya sama ibu." Tutur Shela.


Abi mengangkat kepalanya, menatap manik teduh sang ibu, sungguh dia tidak pernah meragukan ibunya, Abi percaya ibunya akan merawat Bian dengan baik, tapi ayahnya tidak mungkin bisa menyayangi Bian sama besarnya. "Ibu, Abi titip Bian, Abi percaya sama ibu." Imbuh Bian dengan suara bergetar. Abi tidak punya pilihan, dia dipaksa menerima keadaan.



Pecah sudah tangis Sarah, hari ini adalah hari yang paling buruk sepanjang dia hidup, dadanya sesak akan rasa sakit. Dia tidak punya kuasa, takdir begitu kejam, Sarah dipaksa oleh keadaan, dia harus meninggalkan anak kesayangannya.

Love And SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang