Bab 42

4.3K 174 24
                                    

Pagi-pagi sekali, Shela dan Adam sudah sampai dikediaman Abimanyu.

Adam langsung mengetuk pintu. Tidak ada tanda-tanda penghuni rumah akan membuka pintu. Adam mengetuk lebih kencang lagi.

"Kan, tadi udah dibilangin, ini masih kepagian tau." Ujar Shela.

"Ini, udah lewat dari jam 6, biasanya Bima udah bangun." Jawab Adam. Dia kembali mengetuk pintu.

Beberapa saat kemudian. Terdengar bunyi pencetan access control door lock dari dalam. Seseorang akan membuka pintu.

Bima lah yang menekan tombol smart door itu.
"Ayah." Ujarnya, langsung memeluk Adam.

Adam langsung mengangkat Bima, dia mencium ubun-ubun putranya.
"Ayah kangen banget." Kata pria itu.

Bima yang masih digendongan Adam.
Mengecup kedua pipi sang ayah. "Bima juga rindu ayah, sama ibu." Jawabnya.

"Udah yah, turunin Bima-nya. Nanti ayah encok loh." Peringat Shela.

Adam benar-benar tidak mengingat usia, sudah berapa kali pria itu harus ke terapis, hanya karena sakit pinggang akibat menggendong Bima.

"Gak apa-apa, ayah masih kangen Bima." Jawab Adam.

"Bima, turun sayang. Kasihan ayah."
Mengingat keras kepala suaminya, Shela memilih menasehati putra bungsunya.

Dari dulu, Bima paling suka diangkat, digendong, dan main kuda-kudaan bersama ayahnya. Namun Shela selalu melarang.
Kata ibunya, sang ayah sudah tua, jadi tidak bisa mengangkat beban.
Biasanya peringatan Shela tak pernah dihiraukan Bima, sampai pada suatu masa ayahnya sakit, dan harus rajin ke rumah sakit untuk di terapi. Bima tidak lagi berani untuk sekedar melompat kepangkuan Adam.

Bima langsung turun dari gendongan Adam, dia takut menyakiti ayahnya.
"Maaf ibu." Kata Bima.

Sheila mengelus kepala Bima. "Gak apa-apa, yang penting jangan diulangi lagi ya. Kan, kalau ayah sakit pinggang, Bima juga yang sedih." Papar Shela.

Bima mengganggu. "Iya, ayah gak boleh sakit." Kata pria cilik itu.

"Jadi, rindunya sama ayah aja, gak ada yang rindu sama ibu gitu." Kata Shela, menggoda Bima.

Bocah cilik itu merenggut, dia memeluk lutut Shela. " Tadi kan, udah bilang. Rindunya sama ibu juga." Balasnya.

Adam lebih dulu masuk. Matanya mengawasi setiap sudut rumah.
'dimana anak kurang ajar itu.' gumamnya.

Adam kembali ke teras. "Laki-laki yang kemarin menculik kamu dimana?" Ungkapnya, bertanya pada Bima.

"Ayah." Peringat Shela.
Wanita itu tidak suka suaminya, menyebut Abimanyu sebagai penculik, paling tidak Adam bisa menyebut putranya itu sebagai kakak Bima, seperti yang sudah mereka sepakati.

"Masih tidur." Jawab Bima.

Tanpa menghiraukan ekspresi jengkel istrinya, Adam kembali menelusuri rumah.

Sampai lah Adam disalah satu kamar yang sedikit terbuka. Abi pasti tidur disana, suhu dingin dari AC menguar dari dalam.

Dan benar saja, Abimanyu dan Sarah terpampang nyata diatas ranjang, mereka tidur saling memeluk.

Adam meraih salah satu bantal, kemudian dengan kekuatan penuh melempar bantal pada mereka berdua.

"Abi bangun kamu." Hardik Adam.

Sarah yang lebih dulu terjaga, terkesiap, dan buru-buru berdiri.
"Pak Adam." Gumamnya.
Sarah malu. Meski tau Adam akan kesini, tapi tidak menyangka akan datang sepagi ini.

Abi juga tersentak, tapi buru-buru sadar. Dia bukan lagi bocah SMA yang dulu takut melihat peringai pria yang selalu disebut ayah itu.

Tidak berapa lama, Abi juga mengingat sesuatu.
Dia membuka selimut, tapi tak menemukan Bima yang semalam tidur bersamanya dan Sarah.

"Mana anakku?" Kata Abi menodong Adam.

Adam bersedekap. "Anak yang mana maksud mu?" Jawabnya.

"Dimana Bima?" kali ini Noah menatap nyalang.

Rasanya Adam ingin menghajar Abimanyu, begitukah cara pria itu memperlakukan orangtua.

"Kamu masih belum berubah, kurang ajar, dan tidak sopan." Kata Adam.

Abimanyu mengepalkan tangan, sejak kapan dia pernah menjadi sosok yang baik di mata ayahnya.

Adam dengan pandangan remeh, meneliti penampilan Abi yang memang bertelanjang dada. "Kamu tidak belajar dari pengalaman, kalian berencana punya anak haram lagi?"
Nada suara Adam sangat tenang, namun berhasil membuat Abi mendidih.

"Sekarang, ayah angkat kaki dari rumah saya. Pergi dari sini." Balas Abi, tangannya menunjuk arah pintu kamar.

Adam juga diliputi emosi. Beraninya Abi menghinanya.

"Anak tidak tau diri. Abi, dengarkan ayah, kamu hidup puluhan tahun memakan hasil kerja keras ayah. Dan hari ini,apa yang sudah kau lakukan? Kamu merampas perusahaan ayah, kamu berani mengusir ayah." Paparnya.

Tidak ada rasa bersalah Dimata Abimanyu, ekspresi itu seakan jengah Dan muak.

"Ayah akan pergi, dan Bima akan ikut bersama ayah." Tambah Adam.

"Bima dia anakku, dan ayah tidak punya hak membawanya." Kata Abimanyu.

"Kalau begitu mari bertemu di pengadilan, hukum yang akan menentukan siapa ayah Bima sesungguhnya. Ingat, kalian sudah memberi anak itu, jadi hanya ayah yang berhak memutuskan, mau mengembalikan, ataupun tidak." balas Adam.


Selamat membaca
100 vote, maka Bab baru tayang.
Bantu support Guys✋🙏

Love And SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang