Oke, aku pasti bisa melakukannya.
"Halo, aku selalu mendengarkan suaramu dan menurutku suaramu sangat bagus, aku yakin suatu hari nanti kamu akan menjadi penyanyi yang sangat terkenal... Aish, tidak, itu tidak bagus." aku bergumam pada diriku sendiri sambil menggelengkan kepala.
Aku mencoba menemukan kata-kata yang cukup bagus untuk memulai percakapan dengan wanita itu, tetapi aku belum bisa menemukan cara yang halus untuk mendekatinya.
"Halo, aku sudah menjadi penguntitmu selama hampir sebulan, suaramu adalah hal terindah yang pernah kudengar, maukah kamu menikah denganku?"
Argh! Rasanya benar-benar sulit, aku terus memikirkan apa yang harus aku katakan padanya. Aku berpikir keras sampai-sampai aku tidak menyadari bahwa hari sudah sore. Semua karyawan sudah pulang dan Irene meninggalkan kuncinya padaku agar aku mengunci tempat itu ketika aku selesai dengan pekerjaanku.
Aku bahkan tidak terlalu memikirkan ceramah Irene yang akan aku dapat jika dia mengetahui kedai belum ditutup karena nyatanya aku masih duduk di salah satu kursi sambil bertanya-tanya bagaimana memulai percakapan dengan wanita yang duduk di trotoar itu.
"Kau bodoh sekali, Jennie Kim."
Aku akhirnya bangkit dari kursi dan berjalan keluar cafe.
Saat itu sudah pukul enam sore dan wanita itu sedang memberikan salah satu pertunjukan kecilnya kepada seorang wanita tua ramah yang meninggalkan sejumlah uang di sampul gitarnya sebelum pergi.
Aku dengan hati-hati mendekati wanita itu dan begitu dia menyadari kehadiranku, salah satu senyumannya muncul.
Untukku.
"Jangan panik, jangan panik, jangan panik," hanya itu yang terlintas di kepalaku.
"Umm, hai." kataku dengan canggung sambil mendekat ke tempat dia duduk di atas selimutnya
"Aku bekerja di kedai kopi Cafe de Flore dan, emm..."Aku benar-benar gugup. Aku merasa seperti seorang fangirl yang pertama kali melihat idolanya.
"A-Aku sering mendengarkan suaramu akhir-akhir ini, dan... menurutku suaramu sangat bagus." Aku menyelipkan rambutku ke belakang telingaku dengan malu-malu, karena ternyata dari dekat, dia jauh lebih cantik dan itu membuatku sangat gugup.
"Apa kamu bisa menyanyikan sesuatu untukku?"Wanita yang sejak tadi menatapku dengan rasa ingin tahu tersenyum lagi padaku.
"Ada permintaan khusus?" Dia mengangkat alisnya dan aku mencari dalam ingatanku sebuah lagu yang sangat cocok dengan suaranya yang harmonis.
"Ah... apa kamu tahu, emm, Give Me Your Forever yang dinyanyikan oleh Zack Tabudlo?" Tanyaku dan dia terdiam selama beberapa detik.
"Kalau kamu tidak mengetahuinya, tidak apa-apa, nyanyikan saja apa yang kamu suka.""Aku tahu lagu itu, sebenarnya itu salah satu lagu favoritku." dia tersenyum lalu menyesuaikan postur tubuhnya untuk mulai memetik gitar.
Aku membiarkan diriku berjongkok agar aku bisa melihatnya dengan jelas, dan tidak ada yang tahu seberapa cepat debar jantungku saat ini.
♫I want you to know
I love you the most
I’ll always be there right by your side
Cause baby you’re always in mindJust give me your forever♫
Suaranya yang begitu merdu benar-benar mendamaikan jiwaku.
♫To say I love you
And I need youAnd say I’d die for you
Just give me your forever
Just give me your forever♫Aku sangat takjub dengan lagu yang dia nyanyikan sampai-sampai ketika dia akhirnya menyelesaikan syairnya, dia harus memanggil namaku tiga kali berturut-turut agar aku tersadar dari lamunanku.
"Jennie-ssi?" dia melambaikan tangan di depan wajahku dengan ekspresi geli di wajahnya dan itu menarik perhatianku.
"Oh! K-Kamu hebat." Aku bisa merasakan wajahku memanas, tapi kemudian aku tiba-tiba menyadari sesuatu.
Wanita itu memanggil namaku.
Namaku.
Bagaimana dia bisa tahu namaku?
To be continue ~~~
Hayoooo, kok bisa tau namanya yaa 🤭🤭
KAMU SEDANG MEMBACA
HOMELESS (GXG)
General FictionJennie adalah pelayan di kedai kopi Cafe de Flore, dia menyukai Lisa yang merupakan seorang Tunawisma yang hidupnya di pinggir jalan dengan selimut tua, gitar dan suara terindah yang pernah Jennie dengar.