Aku bahkan belum menyelesaikan separuh lagu yang Lisa nyanyikan tapi aku sudah menangis.
Setelah empat bulan, aku pikir aku sudah melupakannya, namun ternyata dia masih menjadi luka terbuka di hatiku.
Kami tidak pernah mengucapkan selamat tinggal dengan benar, kami tidak pernah putus seperti hubungan orang lain, karena aku juga tidak tahu hubungan seperti apa yang kami jalani.
Aku hanya tahu bahwa aku sangat mencintainya dan hal itu tetap melekat didalam diriku.
Melihat dan mendengar suaranya lagi membawa kembali emosi yang sering aku rasakan saat dulu melihat dia bernyanyi di trotoar.
Suaranya terdengar merdu seperti biasanya, suaranya membuatku seperti bernapas lagi setelah empat bulan hidup tanpa oksigen.
Aku merasa lega setelah mengetahui bahwa dia baik-baik saja setelah sekian lama tanpa kabar.
Lagu akhirnya berakhir dan aku masih berusaha menahan air mata yang mati-matian jatuh di pipiku hingga tiba-tiba bel pintu berbunyi.
Aku menghela nafas panjang sebelum mengeringkan wajahku dan menelan tangis yang tersangkut di tenggorokanku.
Aku bangkit dari tempat tidur, lalu berjalan menuju pintu.
Segera setelah aku membukanya, aku merasa seolah-olah semua perasaan yang aku rasakan menjadi dua kali lipat intensitasnya.
Lisa ada disana. Dia berdiri di depan pintu dengan segala keindahan yang dia miliki.
"H-hai." katanya dengan suara pelan dan malu-malu seperti biasanya. "B-bolehkah aku masuk, Jennie?"
Aku tidak menjawab.
Perlu waktu beberapa detik sebelum aku dapat memberikan tanggapan.
Aku menggelengkan kepala seraya mulai menangis lagi, kali ini aku tidak berusaha menahan air mataku.
"K-kamu tidak bisa." kataku di sela-sela isak tangisku.
"K-kamu tidak boleh masuk! Tahukah kamu betapa seringnya aku menangis karenamu? Pernahkah kamu memikirkan perasaanku? A-aku..."Aku terisak, lalu aku disela oleh pelukan hangat Lisa yang memelukku dengan cepat.
Dia meletakkan kepalanya di atas kepalaku dan aku merasakan tangannya membelai punggungku dengan lembut.
"A-Aku merindukanmu Jennie." Kata Lisa dan aku tahu dari suaranya bahwa dia menahan diri untuk tidak menangis
"Aku sangat merindukanmu, aku benar-benar merindukanmu." lanjutnya dan itu hanya membuatku semakin menangis.Kami akhirnya menjauh dan aku memberinya ruang untuk masuk, lalu aku menutup pintu.
"A-Aku akan menjelaskan semuanya padamu" katanya dan aku bisa mendengar ketulusan dalam suaranya.
TO BE CONTINUE ~~~
Maaf baru update ✌
KAMU SEDANG MEMBACA
HOMELESS (GXG)
General FictionJennie adalah pelayan di kedai kopi Cafe de Flore, dia menyukai Lisa yang merupakan seorang Tunawisma yang hidupnya di pinggir jalan dengan selimut tua, gitar dan suara terindah yang pernah Jennie dengar.