Chapter 22

1.7K 241 9
                                    

"A-aku..." hanya kebingungan yang aku rasakan saat ini.

"Aku akan mengerti jika kamu tidak mau ikut denganku ke Seoul." kata Lisa "Kamu punya pekerjaan dan kuliah disini. Aku tidak bisa datang begitu saja untuk mengubah seluruh kehidupanmu. Tapi jika kamu memutuskan untuk tetap tinggal di Busan, aku juga akan tinggal di Busan bersamamu."

Dia akan tetap di Busan hanya untuk bersamaku.

"Semua hal yang telah aku capai tidak akan membuatku bahagia jika aku tidak berada di sisimu, Jennie... aku melakukannya bukan hanya karena aku mencintaimu. Tapi karena kamu adalah orang yang paling banyak membantuku selama ini. Kamu menyemangatiku ketika aku merasa sedih, kamu memuji suaraku dan selalu mengatakan bahwa aku akan menjadi seorang penyanyi yang hebat. Tidak hanya itu, kamu juga menjagaku dengan sangat baik di rumahmu. Mungkin kalau bukan karena pertolonganmu, aku pasti sudah mati di trotoar karena terkena hipotermia."

"Lisa... Jangan katakan itu."

"Tapi itulah kenyataannya." Lisa kemudian menghela nafas dengan tenang.
"Dan apapun keputusanmu, apakah kamu akan tetap di Busan atau pergi ke Seoul... itu tidak akan menjadi masalah bagiku, karena aku akan tetap di sisimu."

Aku terdiam selama beberapa menit, sementara Lisa tampak begitu sabar menunggu jawabanku sambil membelai rambutku dengan lembut.

"Jika kamu tetap tinggal disini, apa yang akan terjadi dengan kariermu?" kataku memecah keheningan.

"Yah, aku rasa aku akan melakukan banyak hal tetapi secara perlahan-lahan. Aku baru saja merilis satu single yang cukup laris di pasaran. Aku akan istirahat dan menikmatinya. Menurutku, selama aku punya tempat tinggal dan uang untuk memenuhi kebutuhan pokok, itu sudah cukup bagiku." Lisa berkata dengan tenang, lalu melanjutkan.
"Dan tentu saja, dengan kamu disisiku, aku akan jauh lebih bahagia dari sebelumnya."

Sejak aku bertemu dengan Lalisa Manoban, hatiku seringkali terasa berdebar-debar di waktu yang berbeda.

Mungkin karena kata-kata sederhana yang keluar dari mulutnya.

Kata-kata yang begitu manis dan indah hingga membuat jantungku selalu berdetak tak terkendali.

Sejak aku bertemu dengan Lalisa Manoban, aku melihat sesuatu yang lebih dari sekedar seorang tunawisma.

Aku melihat masa depan dalam dirinya. Dia adalah orang yang berhati besar, baik hati, dan optimis.

Aku membantunya dengan cara apapun yang aku bisa. Aku mencoba memberinya sedikit kenyamanan dan keamanan yang bisa aku tawarkan.

Sejak aku bertemu dengan Lalisa Manoban, aku telah menjadi orang yang berbeda. Dia banyak menginspirasiku untuk menjadi orang yang lebih baik.

Apa yang telah kami lewati mungkin merupakan konsekuensi dari cinta, dimana ada hal-hal buruk, kekecewaan dan perasaan tertekan, tapi hal itu juga membawa emosi dan pelajaran hidup yang luar biasa untukku.

Saat ini, aku sangat yakin bahwa aku telah menjadi wanita idiot karena cinta. Aku telah menjadi idiot karena Lalisa Manoban. Aku jatuh cinta padanya, aku jatuh cinta dengan setiap senyumannya. Aku jatuh cinta dengan setiap lagu yang dinyanyikannya.

Faktanya, cinta membuat kita menjadi seorang idiot. Tapi cinta juga menginspirasi kita. Cinta memperbaiki hidup kita. Cinta membuat kita menjadi orang yang lebih baik.

Aku benar-benar idiot karena jatuh cinta pada Lalisa Manoban. Dan dia juga sangat idiot karena jatuh cinta padaku. Tapi kami senang, kami sama-sama idiot.

"Aku ingin pergi." kataku sambil menoleh padanya dengan senyuman lembut di wajahku.
"Aku ingin pergi ke Seoul bersamamu Lisa."

To be continue ~~~

Huhuuu... udah mau tamat nih, Lusa aku bakal update chapter terakhir yaa ders 😹

HOMELESS (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang