Aku mengeluarkan dua cangkir dari mesin kopi sementara Lisa memperhatikanku dari tempat duduknya.
Tidak butuh waktu lama bagiku untuk menyelesaikan pesanan lalu aku membawa kopi dan brownies coklat di atas nampan ke arah Lisa.
"Oh? Caramel macchiato?" Kata Lisa sambil mengamati cangkir di depannya dengan nada terkejut.
"Pertama kamu tahu lagu favoritku, lalu tahu kopi favoritku... Dan Jennie, aku mulai berpikir bahwa kamu adalah belahan jiwaku."Itu adalah lelucon sederhana, tapi dia berhasil membuatku merasa lebih hangat meskipun cuaca di luar sangat dingin, dan aku tidak bisa menahan senyumanku.
Aku melihat Lisa meminum kopinya dengan lembut dan hati-hati seolah-olah dia sangat menghargai minuman itu dan aku bertanya-tanya, kapan terakhir kali dia makan dengan benar?
Aku tahu Lisa mendapat uang dari orang-orang karena lagu-lagu yang dia nyanyikan, tetapi itu pasti tidak cukup untuk mendapatkan makanan yang baik setiap hari.
Sebelum Lisa menyadari aku sedang menatapnya, aku juga menyesap kopiku dalam-dalam.
"Suka kopinya?" Aku bertanya dan melihat Lisa tersenyum saat dia menatapku.
"Aku sangat menyukainya, Jennie." Lisa mengangguk kemudian dia sedikit mencondongkan tubuhnya ke arahku.
"Ada krim yang seperti kumis di atas bibirmu."Dia mengusapkan ibu jarinya dengan lembut di bibirku dan tindakan itu membuat jantungku berdebar lebih cepat dari mobil Formula One.
Lisa sangat tidak tahu malu, apalagi ketika dia mendekatkan ibu jarinya yang dilapisi krim ke mulutnya sendiri, lalu tersenyum.
Jantungku semakin berdebar kencang.
"Lisa, kamu anak yang sangat tidak tahu malu, kamu tahu itu?" Aku bercanda sambil menggigit browniesku dan melihat dia melakukan hal yang sama.
"Anak? Aish, jangan karena kamu satu tahun lebih tua dariku, kamu bisa memanggilku seperti itu Jennie... semua orang tahu kalau kamu terlihat seperti anak kecil, lebih tepatnya seperti bayi." dia tertawa sedangkan aku memutar mataku meskipun jauh di lubuk hatiku membenarkan apa yang dia katakan.
Untuk sementara waktu, kami terdiam dalam keheningan yang nyaman.
Aroma kopi memenuhi udara saat kami menikmati kebersamaan satu sama lain.
Seharusnya aku sudah pulang ke apartemenku karena sekarang sudah jam delapan malam, tapi aku tidak peduli, aku sama sekali tidak ingin pergi.
Meskipun aku tahu bahwa nanti aku harus melakukannya. Aku akan meninggalkan Lisa di sana, tidur sendirian dan kedinginan.
Meskipun aku tahu bahwa dia sudah terbiasa dengan hal itu, tapi hatiku masih sakit saat memikirkannya.
"Kamu tahu tidak." Lisa memecah kesunyian.
"Sudah lama sekali sejak aku melakukan hal seperti ini. Menghabiskan waktu dengan seseorang, mengobrol dengan orang biasa seusiaku, dengan teman-temanku. Dan karena itu, aku ingin berterima kasih padamu Jennie."Aku terdiam selama beberapa detik. Aku hanya memperhatikan Lisa tanpa bisa berkata apa-apa. Kursi kami bersebelahan, dan jarak kami cukup dekat sehingga aku tidak perlu banyak bergerak untuk mencium sudut bibirnya dengan lembut.
Itu adalah sebuah tindakan yang benar-benar tidak masuk akal tapi rasanya sangat bagus.
😘
Jangan lupa mampir ke profilku buat baca SUGAR BABY
Seru banget ceritanya 😉
KAMU SEDANG MEMBACA
HOMELESS (GXG)
General FictionJennie adalah pelayan di kedai kopi Cafe de Flore, dia menyukai Lisa yang merupakan seorang Tunawisma yang hidupnya di pinggir jalan dengan selimut tua, gitar dan suara terindah yang pernah Jennie dengar.