Keesokan harinya saat aku bangun, Lisa sudah tidak berada disampingku lagi.
Aku merasa tempat tidurku menjadi dingin tanpa kehadirannya.
Aku kemudian menghela nafas ketika mendapati tempat tinggalku benar-benar kosong.
Lisa sebelumnya telah memberitahuku bahwa dia akan pergi lebih awal hari ini.
Aku berusaha untuk tidak khawatir saat memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi.
Satu minggu, satu minggu dia akan pergi. Aku harus bisa melewati ini.
Hari itu aku bekerja dengan normal, aku memberitahu Irene, Jisoo, dan Rosé tentang aku dan Lisa.
Aku benar-benar tidak tahu harus menyebut apa hubungan kami karena kami memutuskan untuk menjalani semuanya dengan tenang dan santai.
Tapi menurut Irene, jika sudah berciuman dan menghabiskan waktu bersama untuk menonton film sambil berpelukan di sofa ruang tamu, itu berarti hubungan kami cukup serius.
Aku mengatakan kepada mereka bahwa aku tidak akan bertemu dengan Lisa selama satu minggu.
Aneh rasanya tidak melihat Lisa di trotoar dengan gitar dan suaranya yang merdu.
Aneh rasanya tidak mendengar Lisa mengucapkan selamat pagi dengan senyuman indah diwajahnya.
***
Dua minggu telah berlalu, dan Lisa belum muncul.
Aku benar-benar khawatir. Tapi aku mencoba untuk berpikir positif.
Mungkin tugas yang Lisa lakukan disana memakan waktu lebih lama dari yang diperkirakan.
Aku ingin menghubunginya, aku ingin memastikan bahwa dia baik-baik saja tapi aku ingat bahwa dia tidak memiliki Ponsel, dia juga tidak memiliki nomor teleponku untuk menghubungiku. Dengan kata lain, kami benar-benar tidak punya cara untuk berkomunikasi.
"Jika dia punya ponsel, dia pasti akan meneleponku dan memberitahukan kabarnya padaku."
Aku mondar-mandir di ruang tamu apartemenku sambil menggigit ujung kuku dan berbicara pada diriku sendiri agar aku tenang.
Aku terus bertanya-tanya apa yang mungkin terjadi pada Lisa?
Dia tidak punya rumah, ibunya juga tidak bisa diharapkan karena dia telah mengusir anaknya sendiri.Lalu dimana Lisa tidur?
Kurangnya informasi membuatku gila.
Hingga satu bulan berlalu, Lisa sama sekali tidak muncul.
Sekarang, aku sedang dalam fase mencoba untuk mengatasinya.
Aku mencoba untuk melupakan kenyataan bahwa dia tidak akan kembali.
Aku mencoba untuk melupakan kemungkinan yang sering aku pikirkan bahwa Lisa pergi ke suatu tempat yang jauh dan dia telah melupakanku untuk selamanya.
Aku sedang memeluk bantalku dengan mataku yang memerah karena terlalu banyak menangis saat credit film romantis yang baru saja aku tonton muncul di layar televisi.
Ya, tentu saja aku menangis karena filmnya. Aku meyakinkan diriku sendiri bahwa aku tidak menangis karena Lisa.
Kemudian aku mendengar bel pintu berbunyi, lalu aku bangkit dan berjalan ke arah pintu yang ketika dibuka, aku melihat Irene, Jisoo, dan Rosé.
Mereka membawa beberapa tas belanja yang isinya penuh dengan makanan ringan dan juga beberapa botol soju. Mereka datang dengan mengenakan piyama dan aku tersenyum lemah saat melihatnya. Aku benar-benar beruntung mempunyai teman seperti mereka.
Tanpa mengatakan apapun, mereka kemudian memelukku. Setelah itu kami masuk dan duduk di ruang tamu.
Aku mengesampingkan makanan ringan dan hanya fokus meminum soju yang mereka beli.
"A-apa kalian tahu..." Aku terisak sambil melihat gelas sojuku yang diisi lagi untuk ke tujuh kalinya.
"Kadang-kadang aku bertanya-tanya, apakah Lisa baik-baik saja disana? dimanapun dia berada, apakah dia benar-benar sudah melupakanku? i-itu tidak masuk akal... i-itu tidak mungkin... tapi kenapa dia tidak kembali? Kenapa dia tidak menepati janjinya?""Semuanya akan baik-baik saja, Jennie... Aku yakin, seiring berjalannya waktu, ini akan berlalu dan kamu akan melupakan segalanya." Irene menjawab dengan tenang sementara Rosé mengangguk sambil memasukkan segenggam makanan ringan ke dalam mulutnya.
Mungkin waktu akan menyembuhkan rasa sakit yang aku rasakan saat ini.
Tapi satu hal yang aku yakini adalah, aku tidak akan pernah melupakan Lisa dan memikirkan itu hanya membuatku semakin menangis.
To be continue ~~~
Hai readernim...
Mampir ke profilku yuk, ada cerita baru
Cocok banget buat kamu-kamu yang lagi LDR sama ayang kamu 😁😁😁
KAMU SEDANG MEMBACA
HOMELESS (GXG)
Художественная прозаJennie adalah pelayan di kedai kopi Cafe de Flore, dia menyukai Lisa yang merupakan seorang Tunawisma yang hidupnya di pinggir jalan dengan selimut tua, gitar dan suara terindah yang pernah Jennie dengar.