Sisa hari kami berjalan dengan sederhana dan menyenangkan. Udara di luar, masih terasa dingin.
Aku mengajak Lisa menonton film. Dia memprotes ketika aku bilang aku ingin menonton film komedi romantis. Dia terus meyakinkanku untuk menonton film horor agar aku memeluknya di bawah selimut saat kami berdua sama-sama berbaring di sofa.
Tidak ada percakapan yang serius.
Kami hanya bertukar beberapa kata sambil menikmati kebersamaan dan kehangatan satu sama lain.
Sesekali kami bertukar ciuman dan belaian. Kami berdua sepakat untuk menjalani semuanya dengan santai.
Aku merasa sangat senang karena Lisa ada disampingku. Kami berdua meringkuk di bawah selimut sementara aku mendengar Lisa tertawa terbahak-bahak setiap kali aku takut dengan adegan yang ada di film.
"Lalisa Manoban! Kamu benar-benar payah dalam memilih film." kataku sambil menekan remote untuk keluar dari film terakhir yang baru saja kami tonton.
"Film yang kamu pilih ceritanya sangat konyol dan bagaimana bisa, kamu memilih film yang sad ending."Meskipun aku marah, tapi aku tidak bisa menghapus senyuman dari wajahku saat aku mengeluh padanya dan Lisa membalasku dengan tawa yang lebih keras.
"Tapi meskipun film itu memiliki cerita yang konyol dan akhir yang buruk, Kamu tetap ketakutan setiap melihat tokoh hantu di film itu." Lisa mengejek sambil tertawa dan sebagai jawaban, aku hanya mendengus. Bibirku membentuk cibiran kesal dan aku terkejut ketika Lisa dengan cepat mengecup bibirku setelah itu dia tertawa.
"Terima kasih, Jennie."Itu mungkin ucapan terima kasih yang kesepuluh kalinya yang Lisa katakan padaku hari itu.
Dia tersenyum tulus sambil mengusap pipiku dengan ibu jarinya yang lembut.
Aku kemudian menyandarkan kepalaku di bahunya dan kami putuskan untuk tidak menonton film lagi.
Kami hanya berdiam diri dalam keheningan yang nyaman sambil mendengarkan suara nafas masing-masing.
Sesekali kami bertukar ciuman karena demi Tuhan! bibir Lisa benar-benar membuatku kecanduan.
"Jennie, ini tanggal berapa?" Lisa bertanya dengan acuh tak acuh, tapi begitu aku menjawab, wajahnya langsung berubah.
"Tanggal 16? Apa kamu yakin?""Ya, Lisa... lihat saja di kalender." Aku tertawa saat melihat ekspresi ketakutannya
"Kenapa kamu terkejut?"Lisa menghela nafas dalam-dalam dan aku tiba-tiba menjadi gugup.
"Jennie, aku besok tidak bisa tinggal disini lagi." ucapnya dengan tenang sementara aku langsung mengerutkan kening.
"Tapi aku sudah memberitahumu jika kamu bisa tinggal selama yang kamu mau disini."
"Aku tahu, tapi..." dia berhenti berbicara dan itu membuatku semakin bertanya-tanya.
"Besok aku harus pergi ke suatu tempat. Aku harus pergi selama beberapa hari.""Ke suatu tempat?" Aku bertanya dengan sangat bingung
"Tempat apa, Lisa? Apa semuanya baik-baik saja?""Y-Ya! Tidak ada apa-apa, Jennie... aku pastikan tidak ada hal buruk apapun." Kata Lisa seraya mengangguk cepat.
"Tapi aku belum bisa mengatakannya padamu... dan begitu aku kembali, kamu akan menjadi orang pertama yang mengetahuinya."Butuh beberapa saat bagiku untuk memikirkan apa yang Lisa katakan.
"Tapi tempat apa yang akan kamu tuju? Kenapa kamu tidak bisa memberitahuku?" suaraku tiba-tiba terdengar pelan. Aku takut kalau Lisa menyembunyikan sesuatu yang serius dariku.
"Berapa lama kamu akan pergi?""Maaf, untuk saat ini aku tidak bisa mengatakannya, Jennie... tapi aku berjanji, tidak akan ada hal buruk yang terjadi." Suara Lisa pelan, lalu dia menghela nafas.
"Aku berjanji, aku tidak akan pergi lebih dari satu minggu."Aku tetap diam sambil menatap lurus ke depan. Tiba-tiba aku tidak ingin melihatnya, apalagi mengetahui kemana dia akan pergi karena hanya memikirkannya saja, sudah membuatku gugup.
"Jennie." panggil Lisa dengan penuh kasih sayang sambil menangkup wajahku agar menghadap ke arahnya lagi.
"Aku percaya padamu, dan kamu bilang kamu percaya padaku. Apa kamu masih percaya padaku?" Aku mengangguk pelan sebagai jawaban.
"Jadi percayalah padaku saat aku mengatakan, semuanya baik-baik saja. Tidak ada hal buruk yang akan terjadi. Aku akan pergi selama satu minggu, dan saat aku kembali, aku akan menjelaskan semuanya padamu, oke?"Aku mengangguk lagi. Cara Lisa menenangkanku membuat rasa gugupku berkurang.
Malam itu, aku dan Lisa tidur bersama di tempat tidurku. Atau bisa di bilang, tempat tidur kami.
Bersamanya, aku merasa hangat dan sangat nyaman. Tidak ada hal lain yang lebih penting dari keberadaan Lisa disampingku.
Malam itu, aku merasa dunia ini sepenuhnya milik kami.
To be continue ~~~
Lisa mau kemana ya ders? 🤔🤔🤔
KAMU SEDANG MEMBACA
HOMELESS (GXG)
General FictionJennie adalah pelayan di kedai kopi Cafe de Flore, dia menyukai Lisa yang merupakan seorang Tunawisma yang hidupnya di pinggir jalan dengan selimut tua, gitar dan suara terindah yang pernah Jennie dengar.