•𝕭𝖆𝖌𝖎𝖆𝖓 𝕾𝖊𝖒𝖇𝖎𝖑𝖆𝖓*

3K 260 12
                                    

•𝕭𝖆𝖌𝖎𝖆𝖓 𝕾𝖊𝖒𝖇𝖎𝖑𝖆𝖓*

𝐀𝐧𝐲𝐞𝐨𝐧𝐠 𝐬𝐚𝐰𝐚𝐭𝐝𝐡𝐢 𝐤𝐡𝐚 𝐤𝐨𝐧𝐢𝐜𝐡𝐢𝐰𝐚 𝐧𝐢 𝐡𝐚𝐨 𝐞𝐯𝐞𝐫𝐲𝐨𝐧𝐞!!

𝚂𝚘𝚛𝚛𝚢 𝚏𝚘𝚛 𝚝𝚢𝚙𝚘 𝚗𝚍𝚎?

»»————>𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰...

Ƈ

ι

ɳ

ԃ

ҽ

-

»»——❀ Ƈιɳԃҽ- ❀——««

Makan malam sudah selesai, berjalan dengan lancar. Pikiran Faric melayang mencoba mencerna dengan seseorang yang tadi ia temui saat hendak pergi ke istana ini.

“Tuan, maaf. Sepertinya di depan ada yang sedang butuh bantuan. Apakah kita tidak turun dahulu?” tanya Edy tidak enak.

Pandangan Faric tertuju ke seseorang yang dimaksud Edy. Ia tersenyum dan mengangguk. “Baiklah! Kita turun saja.”

Edy dan Faric turun, sementara kedua prajurit lainnya tetap melanjutkan perjalanannya, atas perintah dari Edy yang notabenya, salah satu orang kepercayaan Raja mereka.

Kakek, maaf. Bolehkah kita membantu?” tanya Faric dengan sedikit menunduk dan tersenyum tipis.

“Tidak usah Nak, Kakek bisa sendiri. Kalian lanjutkanlah perjalanan kalian,” jawab sang kakek. Kepalanya menunduk karena mungkin sudah sepuh.

“Tidak Kek, biar saya bantu. Rumah Kakek dimana?”

Kakek itu mengangkat kepalanya, seketika mata Faric melebar tidak percaya. Dan saat itu juga, dunia seketika terasa berhenti. Bahkan burung yang sedang terbang saja ikut berhenti mengepakkan sayapnya, tetapi tidak jatuh.

Dengan tangisan lirih, Faric langsung menubruk Kakek itu dipeluknya. “Ka-kakek. Fa-faric--”

“Hei! Udah, jangan nangis. Masa cucu Kakek ini yang udah punya anak tiga masih tetep cengeng si? Enggak malu apa?”

Faric melepas pelukannya. Tinggi keduanya sama, jadi Faric tidak menunduk ataupun mendongak untuk melihat sang Kakek. “Kek, k-kok b-bisa?”

Kakek tersenyum tipis. Kedua tangannya menepuk pundak Faric pelan. “Jangan pikirin kenapa Kakek bisa disini. Kakek cuma mau ngomong tentang--”

“Farel? Atau Ariel?”

Mendengar potongan pertanyaan dari cucunya ini, Kakek terkekeh dengan menggelengkan kepalanya. Masih saja sama, suka memotong pembicaraannya.

“Harsha.”

“Oh Harsha, ha?! Harsha?! Harsha kenapa Kek?” panik Faric saat mengetahui nama Harsha disebut.

“Heh! Jangan panik dulu, nanti kalau Kakek ngomong kamu malah tambah panik.”

Faric mendengkus kesal, hal itu membuat Kakek terkekeh lagi.

(√𝐞𝐧𝐝) 𝐂𝐢𝐧𝐝𝐞-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang