•𝕭𝖆𝖌𝖎𝖆𝖓 𝕯𝖚𝖆 𝕻𝖚𝖑𝖚𝖍 𝕿𝖚𝖏𝖚𝖍*

774 81 5
                                    

•𝕭𝖆𝖌𝖎𝖆𝖓 𝕯𝖚𝖆 𝕻𝖚𝖑𝖚𝖍 𝕿𝖚𝖏𝖚𝖍*

𝐍𝐛!
𝐍𝐚𝐦𝐚 𝐇𝐚𝐫𝐬𝐡𝐚 𝐝𝐢𝐠𝐚𝐧𝐭𝐢 𝐦𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐇𝐞𝐠𝐚
𝐁𝐞𝐠𝐢𝐭𝐮 𝐣𝐮𝐠𝐚 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐉𝐚𝐳𝐢𝐞𝐥 𝐝𝐢𝐠𝐚𝐧𝐭𝐢 𝐦𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐉𝐚𝐧𝐭𝐚.

𝚂𝚘𝚛𝚛𝚢 𝚏𝚘𝚛 𝚝𝚢𝚙𝚘 𝚗𝚍𝚎?

»»————>𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰...

Ƈ

ι

ɳ

ԃ

ҽ

-

»»——❀ Ƈιɳԃҽ- ❀——««

Hega tengah termenung di depan rumah milik dari ayah kandung si pemilik raga yang sekarang ia singgahi. Setelah kemarin pengorbanan Ariel, kini tubuh Hega tidak ada yang sakit sama sekali.

“Harsha?” panggil Faric.

Hega tidak menoleh sama sekali. Semua orang sudah tahu, jika dirinya bukan Harsha yang asli. Jadi,

“Ah maaf! Hega?”

Faric mendudukkan dirinya di samping Hega yang masih tidak bergeming dari tempatnya. Dirinya sebenarnya gugup hanya untuk mengobrol saja, tetapi mengingat waktu Hega di kehidupan ini sangat singkat, mau tidak mau harus bisa.

“Pa? Datangnya Hega kesini memperburuk keadaan ‘kan? Jika aja Hega tahan biar enggak ke dunia ini, pasti kejadian beberapa hari ini enggak akan kejadian. Ya ‘kan Pa?”

Sontak Faric menggeleng keras. Dirinya bersyukur jika Hega mau memanggilnya ‘Papa’ kembali. Lantas menarik pelan tubuh Hega agar di dekapnya.

Pandangan Hega masih kosong ke depan. Membuat Faric mengelus rambut Hega agar anaknya itu sadar dari lamunannya. “Hega? Anak Papa?”

“Kak Hesa ninggalin Hega duluan karena Hega enggak becus jagain Kak Hesa. Andai aja Hega pinter, pasti Cenda enggak akan punya penyakit parah,” lirih Hega yang perlahan air matanya keluar dari tempatnya.

Faric semakin mengeratkan pelukannya. Begini lebih baik. Dari pada di pendam sendiri. “Keluarkan, keluarkan apa yang Hega mau omong. Jangan ragu oke? Papa dengerin sampai selesai.”

Perlahan Hega mendongakkan kepalanya menatap seseorang yang memluknyaverat itu sangat mirip dengan ayah kandungnya. Lalu mebatap lurus kembali sembari meratapi nasibnya.

“Harusnya Janta enggak dirawat sama mereka. Harusnya Hega nyegah. Ta-tapi-- yang dipikiran Hega waktu itu ‘apapun yang terjadi, sudah menjadi takdir’.”

“Harusnya Hega tahu, kalau Daddy sama Mae enggak segampang itu buat nuntut anaknya. Janta balas dendam di dunia yang enggak salahnya sama dia, tapi Hega malah-- Hega malah enggak tahu?!”

“Aghrrr! Hega benci kalian! Hega benci Daddy Mae! Kenapa kalian selalu nuntut, nuntut, dan nuntut?!”

“Kita manusia Dad! Kita bukan boneka kalian Mae! Hanya demi citra kalian, kalian buta dengan sifat kalian sendiri pada anak kalian?!”

Selanjutnya hanya segukan yang didengar Faruc setelah Hega mengeluarkan unek-uneknya. Berkali-kali Faric juga mengecup puncuk kening Hega. Berharap lebih baik.

Hega perlahan melepas pelukan Faric padanya. Sedangkan Faric sendiri bingung dengan tingkah Hega yang kini tersenyum sendu ke arahnya.

“Pa? Papa udah Hega anggep Papa Hega sendiri. Terlepas dari Papa yang enggak peduli sama Harsha, tapi Hega pindah ke raga Harsha ketika Papa perlahan mau peduli ke Hega,” tutur Hega dengan senyuman yang berganti menjadi senyum lebar. Hal itu membuat hati Faric berdenyut.

(√𝐞𝐧𝐝) 𝐂𝐢𝐧𝐝𝐞-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang