•𝕭𝖆𝖌𝖎𝖆𝖓 𝕯𝖚𝖆 𝕻𝖚𝖑𝖚𝖍 𝕾𝖊𝖒𝖇𝖎𝖑𝖆𝖓*

775 75 10
                                    

•𝕭𝖆𝖌𝖎𝖆𝖓 𝕯𝖚𝖆 𝕻𝖚𝖑𝖚𝖍 𝕾𝖊𝖒𝖇𝖎𝖑𝖆𝖓*

𝚂𝚘𝚛𝚛𝚢 𝚏𝚘𝚛 𝚝𝚢𝚙𝚘 𝚗𝚍𝚎?

»»————>𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰...

Ƈ

ι

ɳ

ԃ

ҽ

-

»»——❀ Ƈιɳԃҽ- ❀——««

“Hega! Lo kalau enggak bangun dalam hitungan ke lima, gue rebut Ajeng balik!” dumel Revo kesal.

Rencana mereka tadi, hanya dua jam. Dan apa ini? Sudah dua jam berlalu dan Hega masih saja asyik tertidur?

“Aishh anak ini, satu.”

“Dua.”

“Tiga.”

“Empat.”

“Li--”

“Daddy!”

Revo terkejut seraya mundur dengan tangan yang langsung memegang dadanya. Takut-takut jika jantungnya berpindah tempat karena Hega tiba-tiba bangun.

“Heg--” Revo tidak melanjutkan kata-katanya ketika melihat Hega yang bernafas dengan terputus-putus. Dirinya mendekat pada adik tirinya itu.

“Heg? Lo enggak papa?”

Dan kini, Revo menganga tidak percaya dengan apa yang ia lihat dan apa yang ia bisa rasakan. Hega langsung memeluknya ketika dirinya baru sampai di samping Hega.

Hega juga menangis lirih dengan wajahnya yang ia sembunyikan di perut Revo. Tangan Revo mengelus punggung lebar Hega pelan.

“Heg? Mimpi buruk ya? Udah-udah.”

“Rev, gu-gue pengen ketemu Dad-Daddy,” pinta Hega seraya mendongakkan kepalanya menghadap Revo.

Sedangkan Revo, ia menghela nafas pelan. “Buat apa Heg? Mau buat dia nyakitin lo lagi? Atau, lo udah dapet nilai sempurna?”

Hega menggeleng pelan sambil menunduk kembali. “E-enggak. T-tapi, ada yang mau gue omongin sama Daddy.”

Jika seperti ini, Revo hanya bisa mengangguk mengiyakan. Lagipula, sudah bertahun-tahun hal buruk yang terjadi pada Hega. Semoga, si Daddy bisa berubah.

Ya. Semoga.

Sadar dari apa yang dirinya lakukan, Hega membulatkan matanya dan melepas kasar dari dekapan Revo. Menatap tajam ke Revo yang malah terlihat gemas karena masih ada air mata yang tersisa di pipinya.

“Pfftt, seorang badboy nangis di UKS. Ajeng liat, langsung il-fiel dia ma lo,” ejek Revo.

Hega yang tersulut emosi, hampir saja ingin menonjok muka Revo, tetapi tidak jadi karena Ajeng yang membuka pintu, dan tersentak dengan apa yang ia lihat.

Paham sesuatu, Ajeng menarik nafasnya pelan sembari mengangguk. Maju menuju Hega, lalu--

“Akh- Yang ih! Sakit telinga Hega,” rengek Hega kala Ajeng menarik telinganya. Begitu juga dengan Revo.

“Aduh Jeng! Gue enggak ikut-ikutan asli! Ini rencana Hega.”

Hega mendelik tidak terima. Berusaha menggapai tubuh Revo agar bisa ia tonjok. Tapi hal itu malah susah di lakukan. Karena Revo ikut menghindar tetapi telinganya masih di tarik juga oleh Ajeng.

(√𝐞𝐧𝐝) 𝐂𝐢𝐧𝐝𝐞-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang