•𝕭𝖆𝖌𝖎𝖆𝖓 𝕯𝖚𝖆 𝕻𝖚𝖑𝖚𝖍 𝕾𝖆𝖙𝖚*

1.1K 129 18
                                    

•𝕭𝖆𝖌𝖎𝖆𝖓 𝕯𝖚𝖆 𝕻𝖚𝖑𝖚𝖍 𝕾𝖆𝖙𝖚*

𝐀𝐧𝐲𝐞𝐨𝐧𝐠 𝐬𝐚𝐰𝐚𝐭𝐝𝐡𝐢 𝐤𝐡𝐚 𝐤𝐨𝐧𝐢𝐜𝐡𝐢𝐰𝐚 𝐧𝐢 𝐡𝐚𝐨 𝐞𝐯𝐞𝐫𝐲𝐨𝐧𝐞!!

𝚂𝚘𝚛𝚛𝚢 𝚏𝚘𝚛 𝚝𝚢𝚙𝚘 𝚗𝚍𝚎?

»»————>𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰...

Ƈ

ι

ɳ

ԃ

ҽ

-

»»——❀ Ƈιɳԃҽ- ❀——««

Farel mengepalkan tangannya erat ketika tubuhnya dipeluk oleh orang yang diketahui adalah ibu kandungnya, orang yang telah meninggalkannya.

“Maaf? Bisa kau lepas pelukan ini? Tubuhku bau keringat. Kau tidak akan nyaman dengan tubuhku yang seperti ini.”

Ady melepas pelukannya, tersenyum lalu mengelus pipi Farel yang sedikit tirus, sama seperti dirinya. Baru saja ingin melontarkan pertanyaan, Ady kembali di buat sakit hati dengan perkataan putranya.

“Bisakah kau menyingkirkan tanganmu? Aku sedang ada urusan, yang tentunya tidak akan lama. Bukan seperti seseorang yang pergi meninggalkan anaknya di usia yang masih belia,” kata Farel datar, memandang kosong pada raut muka Ady yang menegang.

“Farel! Jaga bicaramu!”

Farel menoleh pada orang, yang mengaku ayahnya itu dengan tatapan tajam. “Apa hak yang kau punya, hingga bisa membentak ku? Ayahku saja, bila aku salah hanya ditegur, bukan membentak. Kau siapa?”

“Farel! Dia ayahmu nak, berbicara yang sopan.”

Kini pandangan Farel kembali lagi pada Ady. Memundurkan tubuhnya lebih dulu. Sedikit tidak sudi berhadapan dengan lelaki yang mirip dengannya ini.

“Bahkan Ibu Ariel hanya akan menampar punggungku jika merasa aku bersalah dimatanya. Menampar itu sakit, tapi besoknya tidak sakit lagi. Berbeda dengan ucapan. Jadi, mau kalian apa?”

“Berharap aku kembali pada kalian-- oh! Tidak-tidak! Berharap aku mau, ikut tinggal dengan kalian? Maaf-- lebih baik ak--akhh!”

Edy yang kesabarannya sudah di ambang batas mendengar anaknya sendiri membanding-banding kan dengan orang lain, sontak menampar Farel tiba-tiba.

“Apa seperti ini, ajaran Faric padamu ha?! Membentak pada yang lebih tua? Terlebih itu Ayah dan Ibu kandungmu sendiri?!”

Kilatan mata yang tadinya menatap Ady dan Edy tajam, kini menatap tidak percaya pada tindakan Edy. “Ini yang dinamakan ‘Ayah’? Tega menampar muka anaknya sendiri!”

Tangan Ady terangkat mengelus pundak Edy pelan. Berbisik pelan pada Edy, dan sekarang melihat lagi ke arah Farel yang tengah merintihkan air matanya.

“Kak, jangan lawan pakai kekerasan. Itu malah ngebuat Farel enggak percaya kalau kita orang tuanya,” bisik Ady pelan.

Mengusap wajahnya gausar, Edy menarik tubuh Farel, dan langsung memeluknya erat. Tangis Farel pecah seketika, juga dengan kedua orang tuanya yang mulai mengeluarkan air matanya mereka.

(√𝐞𝐧𝐝) 𝐂𝐢𝐧𝐝𝐞-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang