Bab 11

21.1K 777 11
                                    


༶•┈┈⛧┈♛

" Huh gila, siapa sih yang punya ide buat lapangan gersang kayak gini ? kenapa gak indoor coba ? sekolah aja elit, kualitas sulit ", gerutu Cellyn bercucuran keringat.

Hari ini adalah hari yang sial untuk Cellyn. Bagaimana tidak ? sudah dia bangun kesiangan karena asik memikirkan Mas suaminya hingga larut malam.

Ban mobilnya kempes di tengah jalan, belum lagi dirinya yang harus berlari di tengah perut keroncongan minta di isi.

Setelah melalui perjuangan yang panjang, Cellyn masih harus mendapat hukuman dari guru kedisiplinan karena terlambat datang ke sekolah.

Dan di sinilah Cellyn, dengan wajah cemberutnya, menghadap tiang bendera sambil melakukan pose hormat di tengah teriknya matahari.

" Panas banget sih ! ", gerutu Cellyn mengipasi lehernya dengan tangan.

" Lo sih Cellyn bodoh banget, bukannya tidur malah asik mikirin Mas suami "

" Tapi damagenya emang gak ngotak sih ", senyum Cellyn lebar seperti orang gila.

" Eh tapi kan gue jadi telat, mana di jemur di tengah lapangan lagi ishh ", cemberutnya kesal.

.

.

.

Sudah 1 jam Cellyn berdiri menjalani hukumannya. Matahari juga mulai naik membuat kepala Cellyn terasa pusing.

" Aishh kok makin panas ya ? mana belum makan lagi, ini juga kepala pakai pusing segala ", pusing Cellyn memegang kepalanya.

" Bodo amat sama hukuman, keberlangsungan hidup gue lebih penting "

" Lagian bentar lagi juga jam istirahat ehehe ", cengir Cellyn jahat, tanpa banyak bicara berlalu pergi meninggalkan masa hukumannya.

Mata hitam itu melirik ke sana ke mari, berusaha menemukan tempat untuk mengisi kekosongan amunisi perut Cellyn.

Kantin

" Nah ini yang gue cari ", gumam Cellyn membaca papan nama di hadapannya.

" MAK BAKSO SATU PORSI YA ! ES TEH ANGET NYA DUA ! ", teriak Cellyn keras begitu memasuki pintu kantin.

" EH MANG SEKALIAN SOTO SAMA KERUPUKNYA SATU YA ! ", imbuh Cellyn lagi melihat mang soto yang baru saja lewat mengantar pesanan murid lain.

" Hufft cape banget, gila emang tuh guru kalau ngasih hukuman gak tanggung-tanggung ", keluh Cellyn duduk di salah satu kursi yang kosong.

" Awas aja kalau gue jadi pemilik sekolah ini, gue tebas kepala lo ", ucap Cellyn berapi-api.

" Ati-ati lo botak gue pit--"

" Ini Neng bakso sama es teh nya ", sela ibu-ibu penjual bakso, meletakkan nampan di atas meja Cellyn.

" Makasih Mak nih uangnya sekalian ya, biar nanti tinggal cus heheh ", cengir Cellyn berubah 180 ° celcius melihat makanan tersaji depan matanya.

Second Chance (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang