24~ Sebuah kenyataan

250 26 8
                                    

Gavyn menekan kedua telinganya, menutup kebisingan, menahan getaran kecil dalam kepalanya saat suara-suara imajiner itu semakin keras. Menciptakan satu momen hening di tengah kegaduhan imajinatif. Tapi suara-suara itu tak mau pergi. Bangsat! Bisa diem gak sih!

Pembunuh!

Bunda kamu pembunuh Gavyn!

Kamu anak pembunuh!

Gavyn serasa terperangkap dalam labirin perasaan, di tengah cinta yang tumbuh untuk Elior, ada satu tamparan keras menghantamnya, seperti sambaran petir yang datang tanpa aba-aba. Perasaan kasih yang hampir meluap ditekan dan diremas kuat, seolah kenyataan berbicara. Kamu gak pantes dapetin itu Gavyn.

Sudah beberapa pekan berlaku namun, pikirannya tak pernah tenang. Seolah dihantui rasa salah dan ketakutan, Gavyn bahkan tak berani menampakan diri untuk Elior. Ia takut dan merasa tak pantas.

🔁Flashback on🔁

Brijaya menatap nyalang ke arah Gavyn, matanya penuh dengan kebencian dan tumpukan amarah. Dalam kegelapan yang mengitari keduanya, langkah-langkah itu seperti dentuman guntur, menciptakan ketegangan diudara. Bersiap menghabisi Gavyn, Brijaya memancarkan ancaman mengerikan.

Gavyn, terdampar dalam kelemahannya. Meskipun begitu, ia tak ketakutan sama sekali dengan nyala wajah Brijaya.

"Tutup mulut atau Bunda kamu taruhannya. Saya masih kasian dan ngasih kamu pilihan!" Ia harus membuat pilihan itu demi menjaga nama baiknya.

Gavyn tertawa samar. Walau tubuhnya sudah ngilu luar biasa dan darah dari sudut bibirnya mulai mengering. Menyisakan rasa perih. Ia masih kuat. Walaupun dihantam berkali-kali.

"Orang kaya lo gak pantes buat Bunda gue! Bangsat!" Gavyn mengerang melawan ikatan yang terus menekannya.

Satu kali perlawanan, pukulan bertubi menyerang. " Ayok bilang lagi! Bilang yang keras Gavyn!" Brijaya menghantam tubuh Gavyn dengan tongkat besi tanpa ampun.

"Gak tau diri! Cuma numpang hidup! Gak tau malu kalian!"

Gavyn merasakan cairan yang meluruh dari rambut dalamnya. Berdarah. Tapi ia tak merasakan sakit sedikitpun selain seluruh titik emosinya yang sudah mencapai puncak. Ia kesusahan melawan sebab Brijaya mengikat tubuhnya kuat.

"Ngomong lagi Gavyn! Gak tau malu kamu! Kalian tuh bukan apa-apa tanpa saya tau gak! Kalian tuh cuma orang buangan!"

Sialan! Tajam seperti belati, ucapan Brijaya benar-benar menusuk perasaan Gavyn, meninggalkan luka yang dalam, menciptakan api kemarahan yang meledak-ledak siap menghancurkan kapan saja.

Gavyn bangkit seolah dihujani kekuatan tiada henti. Menekan setiap ikatan yang mengungkungnya, tali-tali itu mulai mengendur menyisakan setiap kesempatan untuk bergerak lebih cepat. Gavyn menarik ikatannya. Lalu berdiri dan menghujani tubuh Brijaya dengan tendangan tanpa ampun, dengan dorongan api amarah. Gavyn seperti kesetanan.

"Lepasin Bunda gue!"

Brijaya melawan walau kewalahan. Kesialan macam apa ini, Gavyn ternyata tak bisa disepelekan. Brijaya memberi tanda bantuan untuk tiap-tiap bawahannya yang tersembunyi dibalik bangunan privat itu. Teriakan Brijaya mengundang bayang-bayang hitam yang membawa Gavyn itu seolah diseret kembali, tubuhnya diikat lebih kuat dijaga seperti tersangka yang akan dieksekusi.

"Lepasin Reyna!"

"Lepasin semua orang-orang yang terikat sama lo atau gue hancurin lo sekarang juga!"

Brijaya sedikit tertegun. Apa? Reyna? Telinganya tak salah dengar kan? Mendadak pikirannya mengawang entah kemana.

"Reyna siapa yang kamu maksud." Brijaya mencengkram kasar dagu Gavyn. Menyorot mata lelah itu dengan tatapan tajamnya.

Two Sides [Hyuckren]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang