Bab 11🔞

942 31 2
                                    

Ketika keadaan lagi-lagi menyuruhmu untuk tidak usah bahagia sama sekali
.
.
.

Tak pernah terlintas sedikitpun dalam bayangan Sanjana jika pada akhirnya semua impian dan harapannya lenyap seketika, tujuan hidup satu-satunya terenggut begitu saja bahkan sempat sekali Sanjana menyalahkan Tuhan tapi gadis itu tahu jika tuhan sebenarnya baik, hanya saja cara tuhan terlalu kejam dan menyakitkan.

Sebenarnya tidak ada perubahan yang banyak setelah kejadian tempo hari dimana Arlan memutuskannya meskipun Sanjana tahu dia harus menelan rasa sakit yang begitu besar, bahkan gadis itu selalu berusaha untuk tidak memperlihatkan kesedihannya di depan banyak orang namun tetap saja rasanya begitu sulit.

Di satu sisi Ririn menatap sahabatnya dengan tatapan iba, perempuan itu tahu jika ada sesuatu yang terjadi kepada sahabatnya hanya saja Ririn belum berani bertanya, mungkin dia akan membiarkan saja sebelum Sanjana sendiri yang mengatakannya, Ririn tahu kisah hidup Sanjana yang sangat berliku-liku sejak dulu, bahkan Ririn juga tahu jika kebahagiaan yang Sanjana punya hanya kedua kakaknya dan juga Arlan.

Setelah bertemu dengan beberapa klein Sanjana memutuskan untuk pulang ke apartemennya, bahkan perempuan itu terlihat pucat dengan tatapan penuh kekosongan, di dalam apartemen yang di biarkan sedikit penerangan, Sanjana terlihat menunduk dan memeluk erat lututnya, tangis yang sudah kesekian kalinya yang sama sekali tidak bisa sanjana bendung, kilasan kenangan dan juga momen-momen indah yang pernah dirinya lalui bersama Arlan kembali terbayang.

Dan memang sepertinya tuhan tidak pernah membiarkan dirinya bahaga barang sekalipun, dari dia kecil yang Sanjana lalui kebanyakan adalah kepahitan dan rasa sakit, sementara itu tempat bersandarnya selain kedua kakaknya kini ikut di renggut rasa sakit, kini Sanjana hanya punya dirinya sendiri dan juga kedua kakaknya yang penuh dengan kesibukan masing-masing, Sanjana tahu dirinya begitu sering merepotkan kedua kakaknya, bahkan sedari kecil Sanjana menjadikan mereka bahu sementara sekarang kedua kakaknya perlahan mulai menjemput kebahagiaannya, rasanya tidak mungkin jida Sanjana merecoki kehidupan kedua kakaknya dengan sejumput permasalahannya kini.

Lamunan panjang bahkan mungkin airmata yang sudah bosan mengalir menepikan pandangannya sejenak kearah pintu kamar, dengan jelas sekali Sanjana mendengar sebuah bel dan juga ketukan dari seseorang dari arah pintu luar.

Jujur saja Sanjana sedikit malas membuka pintu apartemen karena Sanjana yakin jika yang datang adalah salah satu kakaknya, apalagi di kondisi Sanjana yang sedang hancur-hancurnya seperti ini, rasanya sangat mustahil bisa merahasiakan hubungan kandasnya.

Gadis itu perlahan membenahi tampilannya bahkan sesekali airmata yang masih mengalir itu Sanjana hapus dengan kedua telapak tangannya, sedikit tarikan nafas Sanjana lakukan.

Sebelum membuka pintu apartemen Sanjana sudah menepuk-nepuk kedua pipinya dan berusaha untuk menampilkan senyuman, tapi sepertinya Sanjana salah mengira, tamu yang dia pikir adalah salah satu kakaknya ternyata seorang laki-laki dengan kemeja yg cukup lusuh tengah memengangi sebuah botol minuman alkohol

"Arlan...," lirih Sanjana

.

Sebenarnya semenjak kembali ke Indonesia Arlan sudah jarang menyentuh minuman beralkohol hanya saja entah mengapa beberapa malam ini Arlan merasa kepalanya berat dan pusing, laki-laki itu berpikir mungkin dengan beberapa gelas alkohol bisa memulihkan kembali perasaan kacau yang ada dalam dirinya.

Entahlah semenjak hari itu dirinya memilih untuk memutuskan Sanjana rasanya sebagaian hidup Arlan terasa ada yang berbeda, ada kehampaan di dalam hati laki-laki itu yang entah bagaimana bisa datang, padahal Arlan sudah mendeklarasikan bahwa dirinya sudah tidak lagi mencintai Sanjana.

Kejar Hingga KetepianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang