[D E L A P A N]
Heaven High School, tempat dimana Daren bersekolah mulai gempar. Ratusan siswa menyiapkan ponsel untuk merekam aksi Daren yang tengah mengamuk.
Daren, dengan seragam OSIS yang sudah ditanggalkan berteriak kalap. Lelaki itu menyisakan kaos hitam ditubuhnya. Ia membanting apa saja yang ada di hadapangannya.
"SEKALI LAGI GUE TANYA SAMA LO!" Daren menunjuk pria berkacamata selaku ketua kelas. "DIMANA GEA SEKARANG?!"
Semua tampak hening, gemetar melihat Daren yang tengah meletupkan emosi.
"S-sumpah, gue nggak tau. Gaia nggak ada izin sama sekali."
"BANGSAT!" Daren menarik kerah pria berkacamata itu, memberikan pukulan hingga limbung.
"G-gue beneran nggak tau Ren," ujar ketua kelas itu dengan gemetar.
Daren menulikan pendengaran, lelaki itu terus memberikan pukulan brutal hingga hidung ketua kelas patah.
Tangannya sudah penuh dengan darah. Ia menjambak rambut frustasi hingga helai-helainya terbungkus darah.
Daren ingin melampiaskan amarah. Ia melempar kursi hingga mengenai jendela membuat kepingannya berjatuhan di lantai. Mereka menjerit histeris, terlebih ada salah seorang siswa yang tangannya terkena pecahan kaca hingga mengalirkan banyak darah.
"BAJINGAN!"
Daren benar-benar sudah gila. Ia tak bisa menahan amarah. Bahkan ketika guru BK menghampiri pun ia tetap tak bisa menahan amarahnya. Terus memberontak.
Tidak ada yang bisa menghentikan Daren.
"Daren! Ikut saya ke BK!"
"REANO! TOLONG BILANGIN KE ORANG INI, JANGAN GANGGU GUE!" Daren menunjuk Reano yang sedari tadi hanya menonton, ia lalu mendengus kesal.
Reano mendekati guru BK itu, memohon dengan sopan agar dapat mengerti keadaan Daren. "Pak, saya mohon Bapak diam saja. Sebentar lagi Om Skala bakal dateng."
"Tapi Daren sudah menghancurkan kelas ini, Reano."
Reano mengangguk mengerti. "Nanti biar saya yang urus. Bapak harusnya tau kalau Daren tidak bisa dihentikan."
Fyi, Reano adalah anak dari pemilik yayasan sekolah ini. Jadi guru sekalipun akan segan terhadapnya. Terbukti guru BK itu langsung mundur dan membiarkan Daren mengamuk. Menghancurkan apa saja di depannya.
Sampai Skala datang dengan orang suruhannya. Pria berusia 38 tahun itu tampak marah. Sebelum menghentikan putranya yang masih menggila, ia memperingati para siswa yang sibuk merekam. Sudah dibilang, ia tak ingin keluarganya terlihat jelek dimata publik sekalipun.
"Kamu ngurus yang lagi merekam aja, biar saya yang urus Daren," ujar Skala pada bawahannya.
Skala mendekati anaknya yang tengah menindih salah seorang siswa, memberikan pukulan tiada henti hingga tangannya dipenuhi darah.
Ia menahan napas, Daren sangat liar, sudah ada 3 anak yang tergeletak mengenaskan dengan wajah penuh darah. Dua diantaranya pingsan dengan hidung yang patah.
"Daren."
Daren yang mendengar suara rendah ayahnya langsung berbalik. Ia tersenyum lirih.
"Daddy bohong." Daren bangkit, menghempaskan tubuh siswa yang ditindihnya tadi. Matanya memerah, ia menatap Skala dengan sorot kebencian. "Dimana Gea Dad?"
"Daddy nggak tau."
Skala meraih lengan putranya dan langsung ditepis sekuat tenaga, ia merasakan kepalan di tangan putranya semakin mengeras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darenio [ON GOING]
RandomDaren itu posesif, ia tak akan pernah membiarkan apa yang telah menjadi miliknya pergi. Tidak akan. Gaia juga tau, bersama Daren seperti membiarkan duri menancap tajam. Tapi kini tergantung Gaia, ia akan membiarkan duri itu kian menusuknya atau be...