Bantuin koreksi ya kalau ada typo
soalnya aku revisi cepet-cepet 🤭Badan penuh otot tanpa sehelai benang itu terasa remuk. Mata hazelnya pun rasanya sulit untuk dibuka meski matahari sudah mulai menampakkan diri, seolah ada perekat diantara bolanya mata itu. Daren meringis pelan, badannya benar-benar pegal bukan main.
Semalam pria itu tidak bisa tidur dan hanya bisa terpejam ketika pukul lima pagi, jadi baru terhitung dua jam pria itu menyelam ke alam mimpi. Ini semua akibat tugas kuliahnya yang begitu banyak, meski deadline masih satu minggu, pria bak super hero itu memaksakan diri untuk mengerjakan semua tugas individu dalam satu malam.
"Daren masih ngantuk?"
Lelaki itu masih belum membuka mata, bibirnya tersenyum remeh. Dalam mimpi pun ia bisa mendengar suara kekasihnya? Suara yang begitu ia rindukan lantaran sudah terhitung satu minggu lamanya mereka tak berjumpa karena jadwal kuliah Daren begitu padat, terlebih terakhir kali mereka bertemu sempat terjadi pertengkaran hebat hingga mental Gaia semat terguncang. Belum lagi urusan Skala yang tiba-tiba memintanya untuk datang ke perusahaan, menyuruh ini dan itu. Beralasan untuk belajar menjadi bos, padahal aslinya Skala hanya ingin merepotkan anaknya.
"Kamu tidur dulu aja deh. Aku tungguin."
Lagi, ia mendengar suara Gaia diiringi dengan usapan lembut di rambutnya yang berantakan. Rasa nyaman mulai menyergapnya. Ia bergumam, menikmati tiap usapan lembut. Kala usapan itu berhenti, Daren mulai memaksa diri untuk membuka mata, ia merasa kehilangan dengan jelas. Pria itu kembali mengerang protes, tidak terima.
"Gea ... mau di usap lagi," kata Daren dengan suara khas bangun tidur. "Disini aja, temenin tidur. Aku masih ngantuk."
Masih dengan pandangan yang buram lantaran harus menyesuaikan cahaya, pria itu menatap perempuan berambut panjang yang tengah menatapnya dengan sendu. Hanya beberapa detik karena ketika pandangan Daren sudah jelas dengan sempurna, Gaia merubah ekspresinya, perempuan itu tampak menarik senyum, membuat hati Daren seketika dilingkupi perasaan hangat yang seminggu ini tak didapatkannya.
"Temenin aku tidur sebentar," kata Daren sembari meraih lengan Gaia yang terasa hangat nan lembut.
Gaia bergeming.
Lantaran tak mendapat respon dari sang kekasih, Daren kembali berucap dengan suara serak. "Sebentar aja. Tiga puluh menit?"
Gaia akhirnya mulai mengangguk. Perempuan dengan dress pink pastel itu mulai beranjak, ia menempatkan diri di atas kasur besar milik Daren. Gaia bersandar pada kepala ranjang, membiarkan pahanya menjadi bantal untuk Daren selama 30 menit kedepan.
Pria itu masih tak menyangka bahwa Gaia kini berada di dekatnya, setelah satu minggu penuh tak berjumpa. Sebenarnya ia sedikit terkejut lantaran terakhir kali mereka bertemu suasana yang tercipta tidak mengenakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darenio [ON GOING]
De TodoDaren itu posesif, ia tak akan pernah membiarkan apa yang telah menjadi miliknya pergi. Tidak akan. Gaia juga tau, bersama Daren seperti membiarkan duri menancap tajam. Tapi kini tergantung Gaia, ia akan membiarkan duri itu kian menusuknya atau be...