VOTE DULU YUK
HAPPY READING[L I M A]
Gaia tengah menatap pantulan dirinya di cermin. Ia sudah nampak anggun dengan dress motif bunga-bunga warna krem dibalut dengan cardigan putih. Kakinya dibalut sepatu converse putih. Ia memejamkan mata sejenak, mempersiapkan diri untuk menghadapi Daren.
Sedari kecil ia memang menyukai hal-hal tentang musik. Dahulu ia juga pernah mengikuti les musik, bahkan sempat beberapa kali berpapasan dengan Daren.
Ia sudah bertekad. Hari ini ia harus menonton festival musik tahunan yang sudah ditunggu-tunggu banyak orang.
Pintu kamarnya dibuka dan sang pelaku yang membuka pintu langsung masuk tanpa meminta persetujuan. Gaia menegang kala Daren menatapnya tajam.
"Mau kemana?"
"F-festival mus—"
"Nggak boleh," potong Daren dengan cepat. Ia melangkah, memotong jarak, menatap nyalang gadis di depannya yang sudah beringsut mundur.
"Tapi aku udah nunggu ini dari lama."
"Nggak!"
"Daren aku mohon."
"GUE BILANG NGGAK YA NGGAK! BUDEG LO?!" bentaknya sembari mencengkram pundak Gaia.
Gaia yang dibentak seperti itu mulai menangis. Ia menunduk sembari meringis menahan sakit akibat cengkraman Daren yang begitu kuat.
"Festival musik itu cuma alasan. Gue tau lo aslinya mau selingkuh," tuduhnya.
Daren mencengkram dagu Gaia menggunakan satu tangan, sedangkan tangan yang lain ia gunakan untuk menahan pinggang Gaia agar tak bergerak.
"A-aku nggak—"
"Jangan-jangan lo selingkuh sama anak musik yang ada di festival? Dari dulu lo selalu ngebet nonton festival itu kan?" potongnya.
Gaia berusaha melepas cengkraman Daren namun hal itu sia-sia saja karena rahangnya malah terasa sakit. Tubuhnya bergetar terisak.
"Gue tanya, siapa orangnya?"
"N-nggak," ujar Gaia kesusahan.
"BAJINGAN! SIAPA ORANGNYA GEA?!" Daren sudah kepalang emosi, ia kian mengeratkan cengkraman hingga rahang kekasihnya memerah.
"Nggak cukup semua perhatian yang gue kasih ke lo hah?"
Perhatian? Perhatian seperti apa Daren, batin Gaia. Apakah berteriak, mengancam, dan menuduh itu disebut perhatian?
"N-nggak ada."
"Bullshit lo bajingan!" Daren melepas cengkramannya dengan kasar.
Pria itu mengacak rambutnya frustasi, ia menatap nyalang Gaia yang masih bergetar. Dengan emosi yang meluap-luap, Daren mengambil lampu tidur milik Gaia, melemparnya ke tembok hingga hancur berkeping-keping.
Gaia beringsut mundur, menatap takut Daren yang tengah meletupkan emosi. Tak cukup membanting lampu, Daren mengambil apa saja di meja belajar gadis itu, melemparnya hingga berceceran di lantai.
Daren masih tersengal-sengalg, ia mengepalkan tangan kuat. "Lo udah bikin gue marah Gea."
"Gue bunuh semua cowok di festival itu." Daren beranjak dari sana.
Gaia panik, ia mengejar Daren yang sudah menuruni tangga. Gaia merengkuh Daren dari belakang, berucap sambil bergetar.
"Jangan ... aku mohon jangan. Iya, aku nggak bakal pergi. Aku mau di rumah aja sama kamu. Tolong jangan Daren, jangan ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Darenio [ON GOING]
RandomDaren itu posesif, ia tak akan pernah membiarkan apa yang telah menjadi miliknya pergi. Tidak akan. Gaia juga tau, bersama Daren seperti membiarkan duri menancap tajam. Tapi kini tergantung Gaia, ia akan membiarkan duri itu kian menusuknya atau be...