HALLLOOO
vote dulu baru baca
okey?
happy reading 🖤
。◕‿◕。
[T I G A B E L A S]
Ini adalah hari terakhir Daren diskors, dan itu artinya ia akan mulai bersekolah besok. Kini pria bermarga Aldevara itu tengah menatap kosong pemandangan yang tergambar indah dari balkon.
Sesekali ia mengisap rokok yang diselipkan dikedua sisi jari. Matanya menatap tajam dedaunan yang sesekali gugur terbawa angin.
Bunyi ketukan dari kamar membuatnya mengalihkan pandang. Ia menatap gadisnya yang tengah berjalan lesu ke arahnya. Daren tersenyum tipis.
"Kenapa kok cemberut?" Pria bermarga Aldevara itu menepuk pahanya, memberi instruksi agar sang gadis duduk di pangkuannya.
Gaia terdiam cukup lama sebelum akhirnya menurut, takut membuat suasana hati Daren buruk dan akan berdampak padanya juga jika itu terjadi.
"Aku ada PR banyak banget. Bingung, masih nggak paham," gumamnya sembari mencari posisi nyaman untuk menyandarkan diri.
Daren memejamkan mata ketika gadisnya terlalu banyak bergerak. Pria itu mematikan rokok yang baru dihisap setengah. "Nanti malam aku bantuin."
"Beneran?"
"Hmm."
"Makasih, Daren."
Bibir Daren berkedut untuk tersenyum kala mendengar suara gadisnya yang begitu tulus. Ia perlahan mengelus surai Gaia yang mulai memanjang, coklat dan berkilau. Sesekali ia mengendus aroma harum yang menguar.
Hening.
Mereka hanya terdiam dengan pikiran masing-masing yang berkelana. Gaia yang sibuk dengan perasaan yang dibuat acak-acakan oleh pria yang tengah memangkunya ini. Sebab, Daren kalau berlaku romantis bisa membuat hati siapa saja luluh.
"Kamu bosen nggak sih?" tanya Gaia dengan mata terpejam, menahan kantuk.
"Belum."
Hening lagi.
Daren menatap langit biru tanpa awan dengan mata sayu. Tangan kekarnya terus mengelus punggung kecil gadisnya, memberi kenyamanan lebih.
Iya, Daren tak akan bosan jika ada Gaia di sampingnya. Tak peduli jika mereka tak melakukan aktivitas selama beberapa bulan, asal ada Gaia, Daren rasa bukan hal buruk.
"Aku bosan," ujar Gaia.
Kekehan terdengar dari bibir Daren yang beraroma rokok. Pria itu menyelipkan helai-helai rambut gadisnya yang berterbangan terkena semilir angin.
"Mau main?"
Gaia mendongakkan kepala, menatap antusias pada kekasihnya yang masih memasang wajah datar tanpa ekspresi. "Ke luar?"
"Nggak."
Bahunya merosot turun. Ia menjadi tak semangat lagi. Percuma saja ia menaruh harapan kalau Daren akan membiarkannya keluar sebentar saja. Nyatanya kekasih sintingnya itu tak akan mau membawanya keluar.
"Bercanda sayang. Ayo kita ke mall, sekalian mau beresin apartemen aku."
Gaia kembali bersemangat, ia tersenyum manis lalu beranjak dari pangkuan Daren. "Aku siap-siap sekarang ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Darenio [ON GOING]
RandomDaren itu posesif, ia tak akan pernah membiarkan apa yang telah menjadi miliknya pergi. Tidak akan. Gaia juga tau, bersama Daren seperti membiarkan duri menancap tajam. Tapi kini tergantung Gaia, ia akan membiarkan duri itu kian menusuknya atau be...