"Kamu lucu kalau nurut. Aku suka gadis penurut."
-Darenio Skalena Aldevara[D U A B E L A S]
Ada satu hal yang benar-benar ingin dilakukan oleh Gaia. Keluar dari rumah Daren. Ia terasa merinding kala mendengar suara lolongan serigala yang terdengar samar-samar. Pohon-pohon setiap malam juga mengeluarkan suara tatkala diterpa angin.
Pun suasana selalu mencekam, terlebih Daren tak punya tetangga. Tidak ada orang gila selain dirinya yang mau membangun rumah ditengah-tengah hutan.
Gaia menarik selimut hingga leher, ia sayup-sayup dapat mendengar ketukan di jendela. Awalnya pelan tapi lama kelamaan terdengar brutal. Gaia takut, ia segera berlari menuju kamar Daren yang terletak di samping kamarnya.
"Daren, di kamarku ada yang lagi ketuk-ketuk jendela. Tolong lihatin," ujarnya pada pria tegap yang masih terjaga, terduduk di depan meja belajar.
Pria bermarga Aldevara itu terkenal dengan genius. Tidak teramat rajin seperti Reano yang maniak nilai, namun peringkat mereka selalu berdekatan.
Daren mengalihkan pandang dari iPad yang berisikan rumus-rumus fisika. "Paling ranting. Nggak usah takut."
"Tapi serem banget. Aku jadi nggak bisa tidur."
Pria dengan kaos hitam itu meminta Gaia untuk bertukar kamar jika gadis itu ingin. Tapi langsung ditolak oleh gadis itu. Di kamar Daren memang tidak ada suara seperti ketukan di jendela, tapi melihat interior pria itu membuatnya makin merinding. Terlebih ada lukisan kepala yang terlepas dari badan dan di pegang seperti bola.
"Terus gimana Gaia? Di sini kamarnya cuma tiga. Kamar yang di bawah malah desainnya lebih serem dari ini. Lagian ini nggak serem, lihat." Daren menunjukkan tengkorak kepala yang dijadikan pajangan di meja belajar. "Lucu kan?"
Lucu ndasmu!
"Itu serem, nggak lucu."
"Lucu."
"Ish, tolong potongin rantingnya. Hari ini anginnya kenceng banget," pinta Gaia dengan wajah lesu menahan kantuk.
Daren bangkit lalu mengambil benda tajam yang sering disebut pedang. Gaia membelalakkan mata ketika mendapati Daren menyimpan banyak persenjataan di laci bawah tempat tidurnya.
Pria itu berjalan santai menuju kamar Gaia, ia membuka jendela lalu menebas ranting-ranting nakal yang membuat gadisnya terganggu.
Ditengah gelapnya malam serta cahaya remang-remang, Daren menatap siluet di halaman samping rumahnya. Tepat menunjuk di arah 45 derajat dari tempat berdirinya Daren sekarang. Siluet yang tengah berdiri mengendap-endap, bersembunyi di pepohonan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darenio [ON GOING]
RandomDaren itu posesif, ia tak akan pernah membiarkan apa yang telah menjadi miliknya pergi. Tidak akan. Gaia juga tau, bersama Daren seperti membiarkan duri menancap tajam. Tapi kini tergantung Gaia, ia akan membiarkan duri itu kian menusuknya atau be...