D U A P U L U H E M P A T

9.7K 313 10
                                    

"Boleh saya hajar kamu?"

Baru saja Daren memasuki kediaman milik Gaia, pria itu sudah ditodong pertanyaan oleh Geo yang saat ini sedang mengenakan kaus kutang putih sehingga terlihat jelas otot-ototnya yang besar. Daren menelan ludah, ia menatap ayah dari Gaia dengan pandangan yang tidak bisa diartikan.

"Kelamaan," kata Geo lantaran tak kunjung mendapat balasan dari kekasih putrinya.

Bugh

Daren sampai dibuat kaget dengan pukulan tiba-tiba yang mengenai perutnya. Ia meringis pelan, rasanya sakit sekali. Terlebih dilakukan oleh mantan atlet tinju seperti Geo. Bahkan sekarang Geo sudah menarik kerah baju Daren hingga mata mereka saling beradu. Perbedaan tinggi mereka tidak terpaut jauh.

"S-sebentar Om—"

Bugh

Bogeman mentah langsung mengenai perutnya lagi hingga terasa ngilu. Melawan pun Daren tidak sanggup. Tapi sebenarnya bisa saja, tapi masak iya sama calon mertua begitu?

"Sakit—"

Bugh

Total sudah tiga pukulan yang mengenai tubuhnya. Beruntung Geo tidak menghajar wajahnya. Sampai sebelum Geo kembali menghajar, Daren sudah berhasil meloloskan diri. Ia berlari menghindar agar serangan Geo tidak mengenai dirinya.

Karena sudah malas dengan aksi kejar-kejaran, Geo memilih untuk duduk di sofa dan diikuti Daren yang mendudukkan dirinya di ujung sofa, jauh dari jangkauan Geo. Berjaga-jaga kalau tiba-tiba Geo memukul ia bisa langsung lari.

"Mau apa kamu kesini?!" tanya Geo tidak bersahabat.

Hatinya masih hancur, sakit rasanya menatap penyebab anaknya menderita. Meski titik utama yang benar-benar menghancurkan Gaia adalah Leo, tapi jika boleh berandai-andai, ini semua tidak akan terjadi apabila Daren tidak egois dan menjadikan Gaia sebagai kekasihnya. Dan jika Daren tidak mempunyai kekasih, Leo juga tidak akan menjadikan perempuan yang disayangi Daren sebagai objek penghancur mental Daren.

"Mau ketemu—"

"Nggak akan saya biarin kamu ketemu sama anak saya!"

"Sebentar aja—"

"Nggak ada. Kamu mending pulang dari pada buat saya marah. Ingat ya Daren, meski saya menghormati Skala bukan berarti kamu bisa seenaknya kayak gini," kata Geo dengan mata yang tajam.

Sebelumnya, Daren tidak pernah melihat tatapan Geo yang begitu menyakitkan bercampur kesedihan dan rasa benci.

"Cuma seben—"

"Nggak," potong Geo cepat.

Mata mereka sempat beradu sejenak. Geo memandang putra dari sahabatnya dengan tatapan marah. Rasa ingin membunuh sumber kesedihan putrinya semakin memuncak. Tapi itu semua tidak akan bisa ia lakukan. Ada kata Aldevara di belakang nama Daren dan itu sudah cukup untuk mengerti akan posisinya apabila nekat membunuh pewaris tunggal perusahaan Aldevara.

"Seenggaknya biarin aku pastiin kalau dia baik-baik aja Om. Aku nggak tenang kalau belum tau kabar Gea," kata Daren lirih.

Memang benar, selama 5 tahun lamanya ia menahan diri untuk tidak nekat keluar penjara hanya untuk memastikan kekasihnya baik-baik saja. Tapi semenjak kemarin ia bebas, rasa ingin tau itu tak bisa dibendung lagi. Ia juga tidak bisa tidur semalaman, yang ada dipikiran Daren hanya Gaia.

"Kamu pulang aja," jawab Geo dengan tegas.

Tentu saja Daren tidak akan diam saja diusir seperti itu. Ia tak beranjak seujung jari pun. Daren sudah sabar menunggu selama 5 tahun dengan kabar semu mengenai gadisnya. Dan sekarang Daren harus memastikan sendiri.

Darenio [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang