bantuin revisi ya kalau ada typo
selamat membaca loveeeeHari libur ini benar-benar digunakan dengan baik oleh keturunan Aldevara itu. Setelah membuat Gaia merasa 'aman' dan meyakinkan bahwa semua baik-baik saja, kegiatan Daren selanjutnya akan berisi seputar bisnis.
Skala semakin gencar mengenalkan dunia bisnis, mulai dari strategi yang digunakan oleh perusahaan Aldevara hingga mampu bertahan selama belasan tahun, cara perusahaan dalam mendapatkan tanah yang strategis, serta strategi yang digunakan oleh perusahaan ketika ada salah satu pihak yang tak menginginkan lahannya dibeli.
Meski hari libur, asisten Skala sudah sibuk menerornya untuk segera datang ke perusahaan. Daren sebenarnya malas, pria itu tak pernah suka dengan bisnis, sejak SMA pun ketertarikan Daren bukan pada strategi pasar guna menarik konsumen dan grafik-grafik mengenai saham yang memusingkan. Daren menyukai fisika, pria itu bahkan sempat berpikir untuk menjadi ilmuan di luar negeri.
"Kamu telat 10 menit."
Daren memutar bola matanya. Saat tanggal merah seperti tak banyak karyawan yang masuk, hanya beberapa saja yang memang harus berangkat guna menyelesaikan kerjaan yang sudah mendekati tenggat. Atau ada pula karyawan yang tetap memaksa bekerja guna mendapat uang tambahan lantaran masuk di hari libur begini.
"Macet."
"Sejak kapan Jakarta nggak macet?"
Daren tak berniat untuk memperpanjang hal seperti seperti ini, tapi agaknya Skala benar-benar terganggu dengan keterlambatannya, terlebih sikap Daren yang santai dan tidak punya rasa bersalah sama sekali.
"Kamu harus bisa menghargai hal-hal kecil kayak gini. Kalau janjinya jam 11, ya kamu datang jam 11. Jangan buat orang buang-buang waktu." Daren sudah siap mendengarkan omelan Skala yang sejujurnya tidak tau akan selesai kapan. "Kalau kamu udah terjun langsung ke dunia bisnis, nggak bisa kamu buang-buang waktu kayak tadi gitu. Bagi pengusaha kayak Daddy, waktu adalah uang."
"Iya."
Skala mendesah kesal. Percuma saja menasehati putra semata wayangnya itu. Yang namanya Daren pasti tidak jauh-jauh dari kata membangkang. Skala sesekali menjelaskan singkat mengenai tugas-tugas para karyawan yang dilaluinya.
Selama satu jam berkeliling di perusahaan, tidak sedikitpun dari pembahasan yang dibicarakan Skala yang menurut Daren menarik. Skala hanya mengenalkannya pada staf-staf kantor yang tidak begitu penting. Menjelaskan tugas mereka sekaligus menjelaskan cara mengetahui karyawan yang jujur dan tidak. Karena kata Skala, sukses dan tidaknya suatu perusahaan itu tergantung bagaimana karyawannya.
"Dulu sebelum Daddy bangun perusahaan ini Daddy pernah kerja jadi sales rokok," kata Skala sembari menaiki saru persatu tangga yang kian membuat napas mereka terputus.
Skala memang sok ngide sekali, karena bukannya menaiki lift guna mencapai lantai teratas, pria yang tengah berusia 43 tahun itu malah memaksakan diri untuk menaiki satu persatu tangga.
"Kenapa jadi sales rokok?" tanya Daren penasaran. Sebelumnya, Skala tak pernah sekalipun membahas mengenai hal personal mengenai masa lalunya kepada siapapun.
"Karena Daddy nggak punya uang."
Daren mengerutkan alis. Lelaki dengan kaos polo abu-abu berkerah itu merasa heran. Setaunya Skala merupakan anak dari pengendali pasar gelap yang dari namanya saja sudah mampu membuat orang merinding. Jadi agak tidak masuk akal ketika Skala mengaku pernah menjadi sales rokok, terlebih alasannya karena tak punya uang.
"Dulu kakek nggak pernah support usaha Daddy. Tapi nggak masalah, Daddy anggap dengan diamnya kakek itu sebagai kode biar Daddy cari uang sendiri buat bertahan hidup."
KAMU SEDANG MEMBACA
Darenio [ON GOING]
De TodoDaren itu posesif, ia tak akan pernah membiarkan apa yang telah menjadi miliknya pergi. Tidak akan. Gaia juga tau, bersama Daren seperti membiarkan duri menancap tajam. Tapi kini tergantung Gaia, ia akan membiarkan duri itu kian menusuknya atau be...