Pagi adalah waktu yang paling sempurna. Waktu dimana harapan baru akan tercipta, waktu dimana hari akan dimulai, waktu dimana lelah semalam terbayarkan. Pagi ini, wanita berambut panjang itu nampak lebih segar. Tidak ada ketakutan saat ia membuka mata, yang ada hanya aroma sandalwood yang khas. Gaia menggeliat kecil. Matanya masih buram, menyesuaikan cahaya remang-remang yang masuk melalui celah gorden.
Ia berusaha mengingat. Ah iya ... wanita itu tertidur di rumah Daren, lebih tepatnya di kamar Daren. Tapi tunggu, sedari tadi ia tidak melihat sang tempramental meski aromanya begitu kuat. Gaia merubah posisi menjadi duduk. Jantungnya seketika berhenti berdetak ketika lantai berlapis marmer itu terdapat baju yang berserakan. Gaia meraba bagian atas tubuh, lengkap, tidak ada yang hilang. Hanya saja kemeja baby bluenya terganti menjadi kaos putih kebesaran yang jika dihirup dari aromanya adalah milik Daren.
"Kenapa?" Daren datang dari arah kamar mandi. Bersama handuk yang menutupi bawah tubuhnya, menyisakan perut serta lengan penuh otot bertato naga kecil.
Melihat pemandangan itu membuat Gaia malu. Ia menggeleng, rona wajahnya yang pucat berubah merah. "Kita semalam ... ngapain?"
Tawa renyah lolos dari bibir Daren. "Ngapain menurutmu?" Pria itu mengerlingkan mata dengan jahil. Daren semakin mendekat, membungkukkan badan hingga jarak keduanya tersisa satu jengkal. Aroma mint dari pasta gigi tercium segar. "Kamu bruntal banget."
"Serius?"
Daren tertawa hingga gigi gerahamnya terlihat. Mendapati Gaia dengan mata melotot dan pipi merah adalah kombinasi sempurna untuk membuat perutnya keram. Daren memungut pakaian yang berceceran di lantai, dijadikan satu lalu dimasukkan ke tempat baju kotor.
"Aku tanya serius. Semalam kamu ngapain aku?!"
"Nggak aku apa-apain, sayang. Kamu ketiduran. Aku nggak tega bangunin kamu buat ganti baju."
"WHAT? Kamu yang ganti bajuku?"
Daren tersenyum nakal. "Siapa lagi emang?"
"Daren! Aku serius!"
Entah mengapa bersama Gaia pagi ini membuat perasaan hangat menjalar, hormon yang bertanggung jawab dalam urusan rasa senang meningkat pesat. Daren mendekap tubuh kecil kekasihnya, mencoba menenangkan kepanikan yang terus melanda sang kekasih. "Enggak, sayang. Aku suruh mommy gantiin."
Bahu itu akhirnya bisa meluruh bersamaan dengan hembusan napas lega. Gaia melepas pelukan, tidak percaya diri dengan aroma tubuh yang kemungkinan berbau asam.
Selama menunggu Gaia mandi, Daren mulai berpakaian. Pilihannya jatuh pada celana bahan serta kaos dengan warna hitam. Setelah menyemprotkan parfum aroma sandalwood ke beberapa titik seperti leher dan pergelangan tangan, Daren mempersiapkan perlengkapan kuliah ada iPad, MacBook, beberapa buku, dan peralatan menulis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darenio [ON GOING]
RastgeleDaren itu posesif, ia tak akan pernah membiarkan apa yang telah menjadi miliknya pergi. Tidak akan. Gaia juga tau, bersama Daren seperti membiarkan duri menancap tajam. Tapi kini tergantung Gaia, ia akan membiarkan duri itu kian menusuknya atau be...