Bab 18

2.3K 116 11
                                    

Kemurungan Kaycia tergantikan dengan senyum sumringahnya karena Keenan telah mengembalikan semangatnya, membelanjakan semua snack favoritnya yang dulu sempat menjadi pantangannya.

"Widih, apa tuh," ucap Karl, melihat beberapa kantong plastik yang digenggam Kaycia.

Melihat kakaknya itu tengah menatap snack-snacknya dengan tatapan lapar, segera dia sembunyikan di belakang punggungnya. Berusaha menjauhi itu dari Karl.

"Pelit amat lo!" hardik Karl, mendelik tak suka.

"Bodo, wle!!" ledeknya, berlari menaiki tangga meninggalkan kedua kakaknya.

"Woy! Jangan lari ... Gue juga mau!!" Karl menyusul Kaycia, tapi kerah belakangnya terlebih dahulu ditarik oleh Keenan.

"Balik kamar ..." Keenan menuntun Karl dengan menarik kerahnya, tak ingin Kaycia murung kembali karena ulah si jahil, Karl.

"Yaelah kak, gak usah tarik-tarik juga kali!" ujar tak terima Karl, seolah kakaknya itu menariknya layaknya seekor kucing.

Keesokan paginya, seperti biasa Kaycia diantar oleh supir ke sekolah. Matahari cerah menerangi langit pagi ini, seharusnya menyambutnya juga dengan hari yang cerah. Namun, kedatangan Asten menutupi hari cerahnya. Bak awan hitam yang menggumpal, begitulah aura Asten kira-kira di mata Kaycia.

"Lo baru sampe?" tanya Asten yang terdengar basa-basi.

'Udah tau nanya lagi ini si setan!' Kaycia hanya bisa mengumpati Asten di dalam hati, tak berani karena mengingat janjinya kemarin.

Dia menyunggingkan senyum lebarnya, berusaha menutupi kejengkelannya, "Iya kak. Mau bareng?"

Tanpa menjawab pertanyaan Kaycia, Dia menggapai tangannya dan menuntunnya begitu saja. Kaycia hanya bisa melongo dibuatnya. Lagi-lagi pikirannya kembali pada perkataannya:

"Semua cowok sama aja!"

Dia menduga perubahan Asten disebabkan oleh penampilannya tempo hari di pesta ulang tahun Lidya. Asten tahu dirinya yang sebenarnya.

Sudah menjadi santapannya sehari-hari, orang-orang disekitarnya mulai menggunjingnya dan menjadikannya objek perbandingan dengan si bunga sekolah.

Dia melirik sebentar pada Asten, melihat bagaimana Asten menanggapi semua cemoohan orang-orang meski gunjingan mereka hanya terdengar seperti bisikan.

Tidak ada yang perlu dia harapkan, nyatanya Asten tidak memedulikan mereka seolah menutup pendengarannya. Dia kira dengan sikap lembutnya Asten yang sekarang, bisa melindunginya dari orang-orang seperti mereka.

Kaycia menepis khayalannya itu, 'jangan berpikir hal yang gak mungkin Cia. Jangan berharap sama cowok setan kayak Asten!' batinnya merutuki dirinya sendiri.

Sesampainya di depan kelas Kaycia, Asten baru melepas tangannya.

"Gue jemput lo istirahat nanti," ujarnya seraya mengusap kepala Kaycia sebelum dirinya pergi.

Kaycia terpaku oleh perlakuan manis Asten. Pipinya merona, baru kali ini dia sedekat itu dengan lawan jenis. Baru kali itu juga dia diperlakukan manis selain kedua kakaknya.

Menyadari ada kesalahan di dirinya, Kaycia menggeleng cepat, "sadar Cia! gak boleh salting!" lirihnya.

"Oy cupu!! Gue mau tanya dong, lo pake pelet apaan sampe kak Asten kepincut sama cewek modelan lo?!" teriak seorang wanita menghentikan gerakan langkah Kaycia.

"Gak mungkin ngaku lah Zee, kalau ngaku nanti dia gak akan laku! Hahaha ..." timpal temannya membuat semua orang tertawa.

Di tengah tekanan teman-temannya yang mengoloknya, tiba-tiba seseorang menyentuh kedua telinganya. Berusaha melindunginya dari cemoohan orang-orang.

My Nerd Is Perfect {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang