Bab 24

2.1K 105 17
                                    

Happy Reading Guys
.
.
.
.


Flashback on

"Jauhi Kaycia!" ucap Keenan menatap tajam kearah tiga pria di depannya, mereka adalah inti Black Lion; Asten, Teo dan Ren.

Asten menyunggingkan senyumnya, dengan kedua tangan dia letakkan ke dalam saku, "kenapa gue harus jauhin dia? Dia kan pacar gue!" ujarnya, menyulut emosi Keenan dan Karl.

"Cih, bukannya waktu itu lo bilang kalau dia bukan tipe lo?" sinis Karl.

"Gue berubah pikiran," jawab santai Asten.

"LO!!" Karl melangkah maju ingin menghajar Asten, namun, Keenan mencegahnya.

"Alasan?" tanya singkat Keenan.

"Lo gak perlu tau, itu urusan gue!" lagi, Asten menjawabnya dengan santai.

"Jauhi Kaycia, atau lo tau akibatnya!!" berang Keenan, mengepalkan kedua tangannya. Kesabarannya sudah menipis.

"Kalau gue gak mau, gimana?" tantang Asten.

Keenan sudah tidak bisa lagi menahan emosinya. Dia, dengan kepalan ditangannya langsung meninju Asten. Tak tinggal diam, Asten membalas Keenan sehingga membuat sudut bibirnya lebam.

"Lo siapanya Kaycia hah? ngatur-ngatur hubungan gue?!" ucap Asten, sengaja memancing Keenan dan Karl.

"Dia---" belum sempat Karl berbicara, Keenan mencegahnya. Tidak, jika mereka mengetahui Kaycia adalah saudara kembar mereka, Kaycia akan lebih bahaya.

"Bener kan apa kata gue, As, Kaycia itu sebenarnya pintar menggoda!" timpal Teo.

"Maksud lo apa hah?!" berang Karl.

"She bit*h!" Teo menyunggingkan senyum sinisnya.

"Bangs*t!!" kini, Karl memulai perkelahian mereka.

Mereka berkelahi tanpa ada yang mau mengalah, hingga akhirnya salah satu warga di sana memergoki mereka dan melerainya.

"Gue bakal balas apa yang pernah lo perbuat!" bisik Asten pada Karl, lalu melenggang pergi.

"Kak, sekarang aku tau tujuan dia," ucap Karl.

Keenan menaikkan sebelah alisnya, Karl pun melanjutkan ucapannya, "Mina," ujarnya menyebutkan satu nama yang membuat Keenan berputar pada kejadian kala itu.

"Kita harus secepatnya pindahin Cia dari sekolah itu," ujar Keenan.

Flashback off

"Kamu cari apa Cia?" tanya Keenan melihat Kaycia yang terus ke sana kemari mencari sesuatu.

"Kak Keen liat sapu tangan smurf, Cia?"

Keenan menggeleng tidak tahu, sedangkan Karl yang di samping Keenan salah tingkah. Dia mengingat kejadian pagi tadi, sapu tangan yang tak sengaja dia temukan di meja makan dia gunakan untuk membersihkan motornya yang berdebu. Sungguh, Karl tidak sengaja dan mengira itu adalah lap dapur biasa.

"Kak Karl, tau?"

"Ng-nggak!" gugupnya tanpa mengalihkan pandangannya pada iPad ditangannya.

Kaycia menyipitkan matanya, dia mencium kebohongan dari Karl. Dia pun merebut iPad dari Karl.

"Cia tau kalau kak Karl lagi bohong! Sekarang, mana sapu tangannya?"

"Ya ampun Cia, itukan cuman sapu tangan. Nanti kakak beliin yang baru,"

"Gak mau! Itukan sapu tangan kesayangan Cia!"

"Iya-iya maaf, pagi gak sengaja di pakai lap motor." Jujurnya.

Kedua mata Kaycia membulat, "APA?!!"

"Nanti kakak ganti sama yang baru!"

"Pokoknya harus yang sama persis!" Kaycia menyentak iPad Karl ke pangkuannya dan pergi begitu saja.

..........

Hari ini, mansion tampak sepi karena Viola dan Rasello sedang pergi ke luar kota untuk mengurus bisnis selama beberapa hari.

Saat Kaycia menuruni tangga, sudah ada beberapa rekan Karl yang sepertinya menjemput Karl berangkat sekolah.

"Pagi Cia ..." sapa Danu.

"Pagi adek gue yang paling imut ..." timpal Karl.

Namun, Kaycia malah menatapnya dengan tajam, "gak usah sok kenal!" ketusnya. Dia masih merasa kesal dengan kakaknya itu karena telah membuat sapu kesayangannya rusak dan yang lebih parahnya di jadikan lap.

Fahri menyenggol Karl, "kenapa tuh?"

"Biasalah ... Udah lah yuk, cabut ..."

"Karl, jangan bolos!" sela Keenan sebelum kepergian Karl dan teman-temannya.

"Siap kak!"

..........

"Ci, mau pesan sesuatu?" tawar Rere.

"Boleh, batagornya satu."

"Oke, sebentar gue pesan dulu."

Sambil menunggu Rere yang memesan makanan, Kaycia memainkan ponselnya. Namun, saat dirinya tengah asik bermain ponsel tiba-tiba saja dikejutkan oleh tumpahan jus yang menganai pakaiannya.

"Aduh, sorry Cia ... Gue gak sengaja," Lidya, pelaku yang menumpahkan jus pada Kaycia tengah memasang wajah melasnya. Dia mengambil tissue dan membersihkan pakaian Kaycia.

"Iya kak, gak apa-apa," ucap Kaycia.

"Gue bener-bener minta maaf ya Cia ... Gue gak sengaja!"

Kaycia menaikkan sebelah alisnya, heran Lidya meninggikan suaranya. Namun, belum sempat dia menebak suara bisikan orang-orang terdengar di telinganya. Hingga salah satu orang menegurnya tanpa alasan.

"Eh cupu, Lidya minta maaf noh ... Bukannya balas ini malah diem aja!"

"Tapi kan tadi---"

"Cia, lo bisa balas gue kok gak apa-apa ..." ujar Lidya menyela ucapan Kaycia. Semua orang semakin menyudutkannya.

"Widih, ternyata si cupu sexy juga." ucap salah satu siswa di sana.

Kaycia spontan melihat ke arah bajunya yang basah dan terkejut baju yang basah menembus bagian dalamnya. Tangannya berusaha menutupi bagian tersebut.

Tak terduga, dari arah belakangnya seseorang menyampirkan sebuah jaket padanya. Dia menengok, ternyata Galu yang melakukan tersebut.

"Kita pergi, lo harus ganti pakaian lo." ucap lembut Galu, menuntun Kaycia.

Tanpa disadari, dari kejauhan Asten yang baru saja sampai ke kantin tak sengaja melihat adegan terakhir itu. Darahnya berdesir, tangannya mengepal kuat, giginya bergeletuk, dia merasa perubahan suhu ditubuhnya berubah drastis.

"Mau ke mana?" tanya Ren, ketika Asten berbalik tak jadi ke dalam kantin.

"Jangan ikuti gue!" cegah Asten seolah tahu jika Ren dan Teo akan mengikutinya.
.
.
.
.

TBC

My Nerd Is Perfect {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang