Bab 21

2.2K 108 15
                                    

Kaycia dan Galu saling memandang, mencoba saling menyampaikan interaksi mereka melalui mata. terdengar aneh sekali Asten berbicara demikian.

Dirasa sudah selesai mengobati Asten dan Galu, Kaycia berniat lebih dulu pergi ke kelas setelah memenangkan perdebatan antara Asten dan Galu yang menginginkan mengantarnya. Bisa heboh seisi sekolah jika dua pria tampan mengantarnya. Kaycia menginginkan pagi yang tenang untuk hari ini.

Di koridor ketika dia melangkah dengan santai menuju kelas, tiba-tiba saja bola voli melambung kearahnya jika saja dia tidak cepat-cepat menghindar, maka bola voli itu sudah mengenai kepalanya.

"Ci, lempar sini bolanya ..." teriak Rere di lapangan.

Sejenak Kaycia mengerutkan dahinya merasa bingung, kenapa Rere bermain voli sepagi itu. Tak ambil pusing memikirkan hal tersebut, dia melemparnya ke arah Rere, lalu melanjutkan langkahnya.

Hari ini Kaycia cukup tenang, karena tak biasanya Asten tidak mengganggunya setelah insiden pagi tadi. Andai saja harinya seperti ini seterusnya, pasti hidupnya terasa tenang.

"Pulang sama gue aja," tawar Galu.

"Tapi gue kan bawa motor,"

"Lo mau nabrak lagi?"

Kaycia menyengir seraya menggelengkan kepalanya, "nggak. Yaudah gue sama lo. Re, gue duluan ya sama Galu ..." pamit Kaycia dibalas acungan jempol oleh Rere.

"Jangan lupa besok lo ke pertandingan gue!" teriak Rere.

"Sip!!"

Ternyata alasan Rere bermain voli tadi pagi karena dirinya akan bertanding voli antar sekolah esok hari. Satu hal yang baru Kaycia ketahui mengenai Rere, dia pemain voli andalan sekolah.

Saat langkahnya beriringan dengan Galu hampir memasuki parkiran, seseorang memanggilnya lantang membuat dirinya menoleh pada sumber suara tersebut.

"Kak Gala?!" senyumnya terbit, melihat crushnya datang ke sekolah bersama Keenan yang berdiri di samping Gala.

Kaycia berlari menghampiri Gala dan Keenan. Namun sayang, karena tak hati-hati dia tergelincir tepat di depan Gala. Sepontan saja Gala membantunya.

"Kamu gak apa-apa Cia?" khawatir Gala.

Tak langsung berdiri, Kaycia menyembunyikan wajahnya di sela lengannya.

'Ah ... Kenapa harus jatoh di depan kak Gala sih?!' batinnya menggigit bibir bawahnya merasa malu dengan tingkahnya.

"Cia, ada yang sakit?" tanya Keenan khawatir melihat adiknya itu tidak langsung bangun.

Mendengar pertanyaan kakaknya dengan cepat Kaycia mendongak, tak lupa deretan gigi yang dia tunjukkan pada Keenan seakan memberitahu jika dia baik-baik saja walau di lubuk hatinya yang paling dalam menyimpan rasa malu yang luar biasa.

"Cia gak apa-apa," ujarnya seraya bangun.

"Bener gak apa-apa? Kakak tau kamu tadi pagi habis jatuh dari motor," timpal Keenan.

Kaycia menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "hehe, Cia lupa remnya," alasannya.

"Tunggu, kak Keen mata-matai Cia?" tanyanya sedikit menaikan nada bicaranya.

"Kita cuma mau pastiin kalau kamu beneran bisa atau nggak bawa motor."

"Ya ampun ... Cia sebenarnya bisa dan udah pernah belajar juga sama kak Karl. Tapi, tadi pagi Cia beneran lupa sama rem!" tuturnya berusaha menjelaskan agar dia tetap diperbolehkan untuk membawa motor. Sayang sekali latihannya selama ini karena hanya satu kejadian bisa membuatnya tidak diperbolehkan mengendarai motor.

My Nerd Is Perfect {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang