Bab 26

2.3K 99 16
                                    

Happy Reading Guys
.
.
.
.

Dengan wajah di tekuk, Kaycia keluar dari toilet mengenakan seragam olahraga Asten. Sedangkan Asten tersenyum puas. Kaycia benar-benar tidak habis pikir dengan Asten yang menurutnya sangat aneh dan pemaksa.

"Ayo, gue antar ke kelas." Asten menggenggam tangan Kaycia.

Sepanjang jalan menuju kelas, Kaycia terus diam sambil memanyunkan bibirnya. Moodnya sedang tidak baik. Namun, berbeda dengan cowok di sebelahnya. Dia, meliriknya dan terus tersenyum menatap Kaycia dari samping.

Entah sejak kapan Kaycia terlihat lucu di matanya. Apalagi melihat perbedaan tinggi mereka yang lumayan sangat jauh. Jelas saja, Kaycia memiliki tinggi 155cm sementara Asten memiliki tinggi 182cm.

Tak tahan melihat Kaycia, Asten pun memindahkan lengannya merangkul Kaycia dan mengelus kasar puncak kepalanya. Tidak terima atas perlakuan Asten karena telah merusak rambutnya, Kaycia mendorongnya keras.

"Ppfft, muka lo kayak bebek," Asten menahan tawanya ketika menatap Kaycia yang semakin memanyunkan bibirnya.

Kaycia membulat, "Apa?!" ucapnya berkacak pinggang.

"Lo kayak bebek!" ulangnya.

Kini, pukulan Kaycia semakin membabi buta. Hingga tak sengaja Kaycia tersandung batu.

"AAHH!!"

Asten segera menangkap tubuh Kaycia, tapi ternyata keseimbangannya tidak stabil, membuat keduanya terjatuh ke lantai dengan posisi Kaycia yang menimpa tubuhnya.

Kaycia menutup matanya erat, kedua tangannya dia eratkan pada seragam Asten. Saat matanya terbuka, dia terkejut melihat wajah Asten yang begitu dekat dengannya.

Beberapa detik mereka saling memandang, merasakan debaran satu sama lain. Sampai akhirnya padangan mereka terputus.

Keduanya tampak salah tingkah. Saat Kaycia membangunkan tubuhnya, kakinya terasa sakit.

"Kenapa?" tanya Asten.

"Sakit," keluh Kaycia, memijat kakinya yang terlihat memerah.

Asten menggendongnya pelan, membawa Kaycia ke ruang UKS yang tak jauh dari sana. Dia mendudukkan Kaycia di brankar.

Asten memegang kaki Kaycia, meluruskan dan sedikit memutarkan pergelangan kakinya.

"Tahan ya,"

Belum sempat Kaycia menjawab, Asten menarik kakinya.

"AAHH!!"

Rasanya begitu sakit dan hampir saja Kaycia mengumpat.

"Coba gerakan," pinta Asten.

Perlahan, Kaycia menggerakkan pergelangan kakinya. Dia sumringah mendapatkan kakinya yang tak lagi sakit. Lalu, dia bangung dan berjingkrak untuk kembali memastikan kakinya.

"Ini gak sakit lagi!"

Tubuh Asten membeku kala Kaycia memeluknya.

My Nerd Is Perfect {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang