Bab 23

2.1K 99 2
                                    

Happy Reading Guys
.
.
.
.

Kaycia terbangun, menemukan dirinya di rumah dengan ingatannya terpaut pada kejadian di mana dirinya terkunci di gudang sekolah bersama Asten lalu kecemasannya muncul ketika mengingat masa lalu yang kelam.

Kaycia menutup wajahnya dengan telapak tangannya, merasa malu, "kenapa harus sama kak Asten sih!!" gerutunya.

"Tapi, kenapa gue bisa ada di sini?"

Saat Kaycia sedang bermonolog seorang diri, Keenan mengetuk pintunya.

"Ada apa kak?"

"Udah baikan?" tanyanya seraya menaruh segelas teh hangat di atas nakas.

"Udah. Tapi kak, kenapa aku ada di sini?"

"Tadi malam satpam sekolah, antar kamu pulang dengan keadaan pingsan. Kenapa kamu bisa terkunci di gudang, hm?" tutur Keenan.

Tunggu, Kaycia terpaku mendengar penjelasan Keenan. Bukankah dirinya bersama Asten yang tak bisa membuka pintu gudang? Tapi ini kenapa satpam yang bisa menemukannya. Apa ada kaitannya dengan Asten.

"Kok bengong? Ada yang sakit?" khawatir Keenan melihat Kaycia hanya terdiam.

"Ng-nggak kak. Anu, itu ... satpam sekolah nemuin aku sendiri di gudang?"

"Iya, emangnya kamu sama siapa?"

'Apa mungkin Asten sengaja ninggalin gue di gudang sendirian? Emang cowok setan!' gerutunya dalam hati.

"Aku sendirian kok kak. Kebetulan waktu itu aku diminta ambilin bola voli di gudang, tapi malah kekunci dari luar," jelasnya bohong.

Keenan hanya mengangguk menanggapinya, tanpa menunjukkan yang dia ketahui dari seseorang. Cukup kecewa, Kaycia membohonginya karena pria itu.

"Besok mau ikut kakak sama Karl ke tempat wisata?"

"Mau!!" angguk semangat Kaycia.

Hari weekend tiba, Keenan dan Karl mengajak Kaycia ke tempat wisata.

"Kak Keen!!" Kaycia berjingkrak ingin memeluk Keenan. Namun, Karl menyelanya dari belakang dan memeluk Keenan lebih dulu.

"Ih kak Karl!! Cia dulu yang peluk Kak Keen!" omelnya tak terima disela oleh Karl.

Karl tersenyum jahil, lalu menyentil kening Kaycia, "lebay lo!"

Kaycia menggaduh kesakitan, "terserah dong!" ledeknya menjulurkan lidahnya.

"Udah-udah ... Ini, Mama bawain Snack dan minuman buat piknik kalian," sela Viola.

"Makasih Ma," serentak ketiganya.

Mereka pun pergi ke tempat wisata yang jauh dari mansion. Mereka bersenang-senang hingga senja menyapa.

"Seru banget hari ini, ya," ujar Karl sambil tersenyum.

Keenan menimpali, "Iya, gak nyangka udah senja. Yuk, pulang?"

Namun, sebelum pulang, Kaycia singgah ke toilet umum, "tunggu Cia di sini ya ... Cia gak kuat kebelet!" ucapnya langsung berlari begitu saja.

Saat keluar, dirinya keheranan mendapati Keenan dan Karl tidak ada di tempat. "kak Keen, kak Karl, kalian ada di mana?" teriaknya, matanya menyusuri sekeliling.

Sunyi. Tanpa jawaban. Keenan dan Karl seolah lenyap, meninggalkan Kaycia dalam kebingungan sampai malam mulai turun.

Dalam kegelapan malam, Kaycia kelimpungan mencari Karl dan Keenan. Awalnya, dia menganggap itu sekadar becanda, tapi lama kelamaan kekhawatiran mulai menghampirinya. Panggilan teleponnya berulang kali tidak diangkat oleh kedua kakaknya.

Akhirnya, di tengah kegelapan, Kaycia menemukan keduanya. Mereka memanggilnya dari ruangan yang entah itu apa.

Wajah Keenan tampak lelah, dan bibirnya terlihat memar.

"Kalian dari mana aja? Cia nyariin dari tadi!" ujar Kaycia, campur bingung dan khawatir.

Karl menjawab dengan senyum lelah, "Tadi iseng masuk ke dalam gedung ini. Kebetulan ada kegiatan seru di sana, jadi kita liat sebentar deh,"

Di tengah rasa kesalnya pada kedua kakaknya karena telah meninggalkannya dalam kebingungan dan kekhawatiran, Kaycia tak sengaja melihat sudut bibir Keenan yang memar.

"Kenapa bibir kak Keenan memar?" tanya Kaycia.

"Ah, gak apa-apa. Cuma kejedut dikit aja," sahut Keenan sambil mencoba tersenyum.

"Kalian lagi gak bohongin Cia 'kan?"

"Dih ngapain juga ngerjain lo! Kayak gak ada kerjaan aja kita!" sanggah Karl.

Meski merasa ada sesuatu yang disembunyikan, Kaycia memutuskan untuk mempercayai kata-kata mereka. "kalau gitu, ayo pulang. Udah malem, ntar Mama sama Papa khawatir."

Mereka beranjak pulang, menyisakan pertanyaan yang masih bergelayut di pikiran Kaycia.

Keenan dan Karl yang saling memandang, mengingat kejadian tadi. Di mana mereka bertemu inti geng Black Lion. Galu, yang dipercaya oleh Keenan untuk menjadi informan sekaligus menjaga Kaycia memberitahukan kejadian di sekolah. Kejadian Asten yang membawa Kaycia pergi.

Tanpa mereka sadari sebelumny, Galu mengikuti Asten dan Kaycia diam-diam. Karena gudang tersebut kedap suara, Galu tidak bisa mendengarnya dan sangat disayangkan, seorang teman meminta bantuannya untuk membawakan sekardus minuman untuk perlombaan yang sedang berlangsung.

Keenan dan Karl saling memandang, mengingat kejadian tadi di gudang. Di mana mereka bertemu inti geng Black Lion.

Galu, yang dipercaya oleh Keenan untuk menjadi informan sekaligus menjaga Kaycia telah memberikan informasi tentang kejadian di sekolah, termasuk peristiwa Asten membawa Kaycia pergi.

Tanpa disadari sebelumnya, Galu diam-diam mengikuti langkah Asten dan Kaycia. Sayangnya, gudang tempat mereka terkunci membuatnya tidak dapat mendengar percakapan mereka.

Ketidakberuntungannya semakin bertambah ketika seorang teman meminta bantuan untuk membawakan sekardus minuman ke perlombaan yang sedang berlangsung.

Malam itu, ketika Asten dan Kaycia terperangkap di dalam gudang, Galu dengan sigap meminta bantuan satpam untuk membukanya.

Akhirnya, pintu gudang terbuka, membebaskan mereka. Awalnya, Asten bingung bagaimana satpam bisa mengetahui keberadaan mereka.

Namun, keheranan Asten semakin bertambah ketika dia hendak mengantarkan Kaycia pulang.

Satpam itu menghalanginya dengan tegas, mengatakan bahwa kedua orang tua Kaycia memintanya untuk mengantarkan pulang. Suatu kejutan, karena sejauh yang dia tahu, satpam biasanya tidak peduli tentang urusan seperti itu.

Sementara Asten mengelus kepalanya yang bingung, Galu yang mengamati dari kejauhan tersenyum puas.
.
.
.
.
.

TBC

My Nerd Is Perfect {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang