Bab 41

824 54 11
                                    

Happy Reading Guys
.
.
.
.
.


Pelukan Asten begitu hangat walau hujan terasa menusuk tulang. Tangis Kaycia pun kian melarut seiringnya hujan reda. Tepukan dipunggungnya ikut turut menenangkan Kaycia.

"Maaf," Kaycia memalingkan wajah, tersadar jika ia telah menumpahkan kesedihan dipelukan Asten. Ada rasa malu menyelimuti dirinya.

Tangan Asten menyentuh pipi Kaycia, membawanya bersitatap, "jangan terus nangis. Nyokap lo pasti sedih liat anak kesayangannya nangis di depan peristirahatannya." ucap lembut Asten.

Kaycia mengangguk lirih, mengusap kasar sisa air matanya. "aku gak tau gimana caranya melanjutkan hidup tanpa Mama."

"Masih ada Papa lo dan Keenan."

'ada gue juga yang bakal ada di samping lo, Cia.' batin Asten yang hanya bisa diucapkan dalam hati.

"Mereka pasti gak akan biarin lo sendiri." lanjutnya.

Pandangan Kaycia menatap lekat Asten, ia baru menyadari jika sedari tadi Asten berbicara sangat lembut dan penuh perhatian. Hati Kaycia terenyuh dibuatnya.

Kini anggukan Kaycia tidak lagi melirih, melainkan mengangguk dengan mantap karena ia pikir apa yang dikatakan Asten itu benar. Ia masih memiliki Papa dan kakak disisinya.

Sebelum pergi, tangan Kaycia terulur pada nisan Viola, 'Ma, aku akan jaga Papa sama kak Keen di sini. Semoga Mama dan kak Karl bisa liat kita dari sana.' batinnya.

"Ayo, nanti lo sakit." ajak Asten.

"Cia pulang ... Cia janji akan sering jengukin Mama dan kak Karl." ucapnya mengecup singkat nisan Viola, sebelum benar-benar beranjak.

Asten merangkul Kaycia, namun, langkah mereka terhenti ketika Lidya dengan tubuh basah kuyup menghadang jalan mereka.

"Asten lo dari mana aja sih, katanya cuma mau ambil payung. Kenapa ninggalin gue sendirian?!" kesal Lidya.

Bagaimana tidak kesal, ia ditinggalkan Asten begitu saja dan mengharuskan dirinya meneduh di tempat ronda penjaga kuburan. Kalau saja ia tidak nekat untuk mencari Asten, pasti tubuhnya tidak basah kuyup seperti sekarang.

"Sorry, tadi gue gak sengaja liat Cia lagi nangis dan gue baru tau kalau nyokapnya meninggal." jelas Asten.

"Terus lo seenaknya ninggalin gue?!"

"Lid, plis jangan diperpanjang. Gue udah minta maaf dan gue juga gak ada niatan buat ninggalin lo. Lagian gue gak lama."

Wajah Lidya menekuk kesal, "gue bakal maafin lo kalau lo antar gue pulang kayak lo jemput gue tadi pagi."

"Tapi Lid---"

"Aku gak apa-apa, lebih baik kak Asten antar kak Lidya. Papa sama kak Keen juga pasti ada di depan nungguin aku." Kaycia menyela perdebatan mereka.

Diam-diam Lidya menatap Kaycia nyalang, sungguh ia tidak menerima jika Asten dengan cepatnya menyukai Kaycia. Apa hebatnya cewek cupu itu? Jelas-jelas ialah yang mengenal Asten lebih dulu.

"See? Cia aja bilang kalau dia gak butuh ditemenin, lo." ucap Lidya.

Asten menghela nafasnya pelan, "hati-hati di jalan." ujarnya mengelus lembut puncak kepala Kaycia sebelum pergi.

🍭MNIP🍭

Keesokan paginya, seantero sekolah dihebohkan dengan kedatangan seseorang yang begitu luar biasa cantiknya.

My Nerd Is Perfect {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang