Bab 33

1.8K 104 18
                                    

Happy Reading Guys
.
.
.
.

Kaycia menggeliat, kepalanya mendusel-dusel pada sesuatu yang dia kira adalah guling.

"Kenapa gulingnya kayak tubuh manusia?" Kaycia bergumam, matanya bergulir ke atas.

Ia mengedipkan matanya tak percaya, mulutnya pun sampai menganga. Ingin berteriak, takut Asten terbangun karena posisi mereka yang tidak menguntungkan Kaycia. Bisa-bisa dirinya dituduh telah berbuat mesum.

Dengan gerakan yang super hati-hati, tangannya mencoba lepas dari pinggang Asten. Namun, gerakannya ternyata membuat Asten terbangun. Kaycia berhenti bergerak dan kembali memejamkan mata, tak ingin Asten tahu kalau dia memeluknya.

Bukannya melepas pelukan Kaycia, Asten memeluknya lebih erat. Bahkan, Kaycia hampir sesak nafas karenanya.

"Se-sesak!!" tak tahan, Kaycia akhirnya menyerah untuk berpura-pura tidur.

Asten melonggarkan pelukannya, "udah bangun?"

Kaycia menatap Asten penuh curiga, "kak Asten 'kan yang coba peluk-peluk aku semalam?" tuduhnya.

"Bukannya lo yang peluk gue duluan?"

"I-itu ... Itu gak bener!" elaknya. Pasalnya dia tidak merasa melakukan hal tersebut.

Asten mendekatkan wajahnya, "gak usah bohong, gue tau kok kalau badan gue ini buat lo nyaman 'kan dibanding sama bantal guling?"

Mendengar itu, Kaycia tertawa hambar, "selain tukang bully, kak Asten juga ternyata narsis ya?" ucapnya sembari membangunkan tubuhnya.

Tidak membiarkan Kaycia pergi begitu saja, Asten menariknya, "ngaku aja, gak apa-apa ..." godanya, mengeratkan pelukannya.

"Kak Asten lepas!!"

"Gak mau! Gantian gue yang peluk, lo!" ucapnya tak mau melepaskan Kaycia.

Semakin Kaycia memberontak, semakin pula Asten mengeratkannya. Sampai---

BRUK—--

Keduanya menggaduh ketika kasur yang mereka tiduri ambruk. Dalam keadaan masih saling memeluk, tiba-tiba saja kakek Suryono memasuki kamar.

"Ada apa?!"

Kakek Suryono membuka pintunya tanpa mengetuk terlebih dahulu karena terlampau khawatir. Bersamaan dengan itu, Kaycia dan Asten belum membenarkan posisi mereka yang terlihat ambigu.

"Astaga ... Maaf kasur kakek udah rapuh. Kalian lanjutkan kegiatan kalian di rumah aja ya, kebetulan kakek mau langsung ke rumah saudara kakek buat pinjam mobil."

Asten dan Kaycia masih terdiam.

"Oh ya, di dapur ada ikan hasil pancingan kemarin. Kalian buat sendiri aja sarapannya." setelah mengatakan tersebut, kakek Suryono membalikkan badannya.

"Tu-tunggu kek! Kakek salah paham!!" ucapan Kaycia tidak begitu terdengar oleh kakek Suryono yang telah hilang di balik pintu.

"Ini semua gara-gara kak Asten!" Kaycia beranjak berdiri.

"Tolongin gue ... Ini sakit," keluh Asten.

Kaycia memutar bola matanya, lalu menolong Asten.

"Sorry, gue gak tau kalau kasurnya rapuh."

Pagi hari yang mereka lalui penuh drama, ternyata tidak berakhir sampai disitu. Kini keduanya tampak berdiri, menatap seekor ikan yang berada di sebuah ember hitam.

"Ini ... Ikan yang mau di masak?" ujar Kaycia.

"Kayaknya iya," jawab Asten ragu.

"Lo, bisa masak 'kan?"tanya Asten.

My Nerd Is Perfect {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang