Bab 3

3K 143 23
                                    

Typo Tandain Aja!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Typo Tandain Aja!

..................

"Gak usah ikut campur, nanti kita juga kena. Lo masih ingat sama perkataan gue tadi? Ada yang lebih kejam dari kak Terry. Dia orangnya."

"Tapi dia keterlaluan banget Re!"

"Lo gak mau 'kan nasib lo kayak cowok itu?" tanyanya dibalas gelengan oleh Kaycia.

"Nah makanya, diem aja di sini,"

Kaycia pasrah dan menuruti ucapan Rere. Ia memalingkan wajahnya saat laki-laki berkacamata itu mulai memakan mie ayam di lantai dengan terisak.

Tak hanya itu, laki-laki pembully itu pun menuangkan saus dan kecap ke kepalanya. Sungguh, rasanya Kaycia ingin ikut menangis juga melihatnya.

🍭MNIP🍭

"Ini akibatnya kalau lo berani sama gue! Hapus komunitas gak bermutu itu! Gimana pun, lo dan komunitas lo gak akan bisa keluarin gue dari sini!"

"Kalau bego jangan di pelihara dong, sok-sok'an mau tendang kita dari sini!" timpal temannya.

"Selanjutnya kita apain nih sampah sekolah kayak mereka?"

"Kita puasin dulu di sini setelah itu bawa ke basecamp." ucapnya seraya menahan kepala laki-laki berkacamata itu ke lantai.

Tidak ada yang bisa menolongnya apalagi memberitahu pada BK dan pihak sekolah. Hal itu hanya sia-sia bagi mereka.

Pria berkacamata itu ternyata pendiri dari komunitas penghapus bullying di sekolah, dan komunitas tersebut bertujuan untuk mengeluarkan mereka dari sekolah SMA Dharmawangsa.

Mereka semua bergidik ngeri, melihat kelakuan bak iblis berwujud manusia di depan mereka.

"DENGAR INI!! SEKALI LAGI GUE TEMUI KOMUNIKASI GAK BERMUTU ITU, KALIAN AKAN BERURUSAN SAMA KITA!"

Tidak ingin nasibnya sama seperti laki-laki berkacamata itu, mereka semua tampak menunduk. Mereka masih sayang nyawa dan masih menginginkan ketenangan.

Berurusan dengan ketiga laki-laki itu akan menghantui kehidupan mereka di sekolah. Ketenangan menjadi taruhan besar, dan kebanyakan orang mungkin lebih memilih keluar dari sekolah daripada menjadi sasaran bully dari ketiga pria itu.

"Re, bisa kita pergi dari sini?" bisik Kaycia. Sungguh, dia tidak tahan melihat perlakuan kejam mereka. Perutnya saja mual melihat itu semua.

"Tapi kita belum pesen makanan,"

"Kita bisa beli pas istirahat ke dua,"

"Ayo ..."

Rere menuntun Kaycia pergi dari sana dan membawanya ke taman sekolah. Keduanya duduk di kursi batu taman sekolah.

My Nerd Is Perfect {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang