Bab 49 {END}

656 27 8
                                    

Happy Reading Guys
.
.
.
.
.

Satu semester akhirnya hampir selesai, tinggal menghitung hari liburan sekolah tiba. Kini para senior kelas 12 tengah menyiapkan perpisahan mereka.

Kaycia yang terpilih menjadi MC acara perpisahan malah terserang flu. Mau tak mau ia harus menyerahkan tugasnya itu pada orang lain. Namun, meskipun ia terserang flu dan tak jadi mengisi acara, ia memilih untuk tetap masuk.

Kaycia pikir ini adalah momen terakhirnya bertemu teman-temannya sebelum liburan tiba.

Saat sedang bercanda gurau bersama teman-temannya, tak sengaja pandangannya teralihkan pada pemandangan yang cukup mengusik hatinya.

"Dasinya miring, pasti karena buru-buru kan? Dasar." senyum Lidya seraya membenarkan dasi hitam yang miring milik Asten.

"Hm," Asten hanya mengangguk sebagai jawabannya.

Saat mengedarkan pandangannya, tak sengaja Asten pun menatap Kaycia yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Keduanya sama-sama menatap satu sama lain.

Terpancar kerinduan dan kesedihan dari cara menatap mereka. Hampir dua bulan mereka tidak bertegur sapa. Saling mengasingkan diri seolah tak saling mengenal.

Sakit? Tentu saja. Mereka masih saling mencintai, namun keadaan yang memaksa mereka untuk berpura-pura lupa pada rasa yang mereka miliki.

Terkadang tanpa sepengetahuan Kaycia dan keluarganya, tengah malam sekali ia mengunjungi mansion keluarga Castelo. Menatap jendela kamar Kaycia dari kejauhan. Demi menyalurkan rindu, Asten rela mengurangi tidurnya.

Rasanya hampir gila menahan semua kegundahan hati. Hidupnya benar-benar kacau, tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri dari lingkar obsesif keluarganya. Jika saja mati adalah pilihan satu-satunya, maka sudah sedari dulu Asten lakukan.

"Hey sayang ..." Lidya memegang kedua pipi Asten, membalikkan pandangannya untuk menatap penuh pada Lidya.

"Tunangan kamu di sini, jangan berpaling dari aku. Aku gak suka." sengaja Lidya mengeraskan suaranya agar terdengar oleh sosok yang paling ia benci.

Asten tidak mengatakan satu patah kata pun, ia malah memegang tangan Lidya dan menuntunnya pergi dari sana.

"Gila ya si Lidya, udah berhasil rebut pacar orang dan sekarang berhasil juga buat ngikat Asten jadi tunangannya."

"Asten juga sama aja gila, dia udah jadiin Cia bahan taruhan."

"Iya, gak salah juga sih karena sedari awal Asten cuma jadiin Cia taruhan."

"Sstt, diem!" kode salah satu dari mereka sembari melirik ke arah Kaycia.

Tahu mereka membicarakan tepat di depan orangnya, mereka memilih bungkam tak berani lagi berbicara.

"Are you okay?" tanya Keenan melihat wajah Kaycia yang tiba-tiba sendu.

Seolah tersadar, Kaycia mengubah mimik wajahnya. "Sangat oke." senyumnya.

Tangan Keenan mengulur mengelus puncak kepalanya, "kamu di sini dulu, kakak mau ke toilet." ucap Keenan dibalas anggukan Kaycia.

...............

Setelah selesai dengan hajatnya, Keenan membasuh tangannya. Kemudian saat hendak berbalik, tiba-tiba saja kedatangan Asten mengejutkannya.

"Gue perlu ngomong sama lo." ujar Asten.

"Gak ada waktu." ketus Keenan. Perlu digaris bawahi bahwa dirinya masih sangat kesal dan marah pada Asten, untuk sekedar melihatnya pun sudah membuat darah tinggi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Nerd Is Perfect {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang