Bab 36

1.7K 111 18
                                    

Happy Reading Guys
.
.
.
.
.


Derap kaki Kaycia dan Ren yang sedang melintasi lorong sunyi itu terdengar membisik. Cahaya remang yang menyinari langkah mereka membuat suasana semakin berdebar. Sejujurnya Kaycia takut jika Papa dan kakaknya memergokinya saat ini.

Bukannya tidak penurut, Kaycia hanya tidak membenarkan sikap Papa dan Kakaknya terhadap Asten. Mereka tidak sepatutnya memperlakukan Asten begitu kasar.

Langkah kakinya terhenti ketika retinanya tak sengaja melihat tubuh Asten yang sudah tergeletak tak berdaya dengan di penuhi banyak luka.

Ada rasa tidak percaya, jika sang Papa dan Kakak bisa melakukan hal sekejam itu, yang dia tahu bahwa mereka adalah sosok yang lembut dan jauh dari kata kasar.

"Kak Asten?!" Kaycia.

"Asten?!" Ren.

Mereka mencoba membangunkan Asten. Namun, nihil. Asten tetap terlelap dalam pingsannya. Mungkin luka ditubuhnyalah membuat dia tidak sadarkan diri.

"Kita harus secepatnya pergi dari sini!" bisik Kaycia yang tampak khawatir.

Ren mengangguk mengiyakan, lalu menarik tubuh Asten dengan dibantu Kaycia untuk digendongnya. Belum sempat pintu keluar mereka gapai, tiba-tiba saja dari luar, pintu itu terbuka.

Keduanya membelalak, terkejut melihat Keenan yang tengah berdiri menatap mereka. Susah payah mereka menelan saliva, rasa gugup dan takut seketika menyerang mereka.

"Udah kakak duga, pasti kamu ke sini." ucap Keenan dengan wajah datarnya.

Kaycia menunduk, tak berani melihat Keenan.

"Pulang!" titah Keenan.

Kaycia mendongak. "Kak, jangan pukulin kak Asten lagi."

"Kamu bela orang yang menyebabkan Karl mati?!"

Kaycia menggeleng, dadanya kembali sesak jika mengingat mendiang Karl. "Bukan. Bukan itu yang Cia maksud. Cia cuma gak mau kak Keen dan Papa melakukan kekerasan kayak gini. Kak Keen tau sendiri kalau Cia menentang itu!" tuturnya menggebu-gebu.

Keenan terdiam sejenak. Firasatnya setelah dirinya keluar dari ruangan itu, mengatakan bahwa Kaycia akan menyelamatkan Asten. Benar saja, ketika ia kembali, Kaycia sudah bersama Ren yang menggendong Asten ada di sana.

"Bawa dia pergi!" ucap Keenan pada Ren.

Tanpa menunggu ucapan Keenan yang kedua kalinya, Ren segera pergi dari sana bersama Asten. Sedangkan Kaycia bernafas lega, setidaknya ia bisa menyelamatkan Asten yang tampak menderita dengan luka-lukanya.

"Kamu pulang sama supir." ujar Keenan menuntun Kaycia keluar dari sana.

"Kak Keen sama Papa mau ke mana lagi?" tanyanya curiga.

Keenan menghentikan langkahnya. "Untuk kali ini, kamu gak usah ikut campur. Istirahat dan jaga Mama."

"Dan peringatan buat kamu, jauhi Asten mulai saat ini. Jangan pernah bertemu atau bertegur sapa sama dia!" tutur Keenan selanjutnya, kembali melanjutkan langkahnya.

Kaycia memegang dadanya, ia tidak mengerti mengapa dadanya berdenyut sakit ketika mendengar peringatan dari Keenan. Entah rasa sakit itu muncul saat mendengar peringatan Keenan yang pertama atau yang terakhir.

Setelah dirasa mobil supirnya yang membawa Kaycia melaju cukup jauh, Keenan membalikkan tubuhnya dan masuk ke dalam mobil yang terparkir di belakang gedung.

My Nerd Is Perfect {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang