.
.
.
Terlihat punggung Leon dan Zahra yang tengah menghadap kearah kota Itaewon yang begitu indah.Zahra menoleh ke arah Leon, Leon yang merada ditatap lantas juga menoleh dan menatap Zahra dengan matanya yang sedikit memerah.
"Apa?"
Zahra menggeleng, ia menghela nafas ketika terdengar suara ayahnya yang memanggilnya.
"Gue duluan deh ya! Itu ayamnya dihabisin jangan dipegang doang, byee Leon," ucap Zahra berjalan meninggalkan Leon seorang diri.
Leon mengusap pipi yang sedikit membasah, ia kemudian merogoh plastik yang membungkus makanannya.
Mengambil ayam menggunakan kedua tangannya, dan langsung melahap ayam itu. Disela sela ia mengunyah, Leon kembali meneteskan air matanya.
"Anjeng, enak banget. Huhuu," ucapnya terus mengunyah daging ayam yang memenuhi mulutnya dan sesekali Leon mengedipkan matanya, membuat cairan being itu kembali menetes.
Leon kemudian mengusap pipinya kembali menggunakan punggung tangan. Setelah itu ia mengambil minuman yang ternyata Zahra juga membawakan mimuman itu untuknya.
"Makasih Zahra. Lopyuu," ucapnya menyengir dan melahap kembali daging ayamnya.
.
Zahra menaikkan alisnya saat ia melihat Leon yang baru saja turun.
Leon mentapnya, ia melambai sembari memberikan cengiran khasnya kepada Zahra.
"Ayo. Yank," ucapnya merangkul lengan Zahra berjalan sembari melompat lompat.
"Lo gapapa?"
Leon mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya kedepan, ia terus berjalan dengan cengiran nya yang terus terbit.
Gue nangis, seharusnya sekarang gue makan enak sama orang tua kandung gue! Jnck.
Zahra mengedipkan matanya bingung kala Leon yang tiba tiba saja melamun sehabis membuatnya kebingungan.
"Kenapa?"
Leon menaikkan alisnya, ia lalu menggeleng dan mempererat rangkulannya pada lengan Zahra.
Sesampainya disekolah, ia merasa aneh karena tak menemukan atensi temannya. Karena tadi saat dibis sekolah, Leon tak juga menemukan Nalen.
Didepan kelas, ia mengernyit kala melihat Nalen yang membaringkan kepalanya diatas meja. Padahal biasanya, Nalen akan membaca bukunya.
Leon menaruh ranselnya diatas meja, hal itu membuat Nalen terbangun dari tidurnya karena suara bising yang dihasilkan Leon.
"Leon, kok sekolah?" Ucap Nalen.
Leon tak menjawab pertanyaan yang dilontarkan Nalen, ia malah terkejut saat melihat wajah Nalen yang terdapat banyak lebam diwajahnya.
"Muka lo?!" Ucapnya spontan menyentuh luka yang ada disekitar bibir Nalen.
"Akh," ringis Nalen membuat Leon menggigit bibirnya karena Leon yang juga merasakan sakitnya.
"Sori sori, ga sengaja."
"Ck!" Nalen berdecak. "Lo, gue nanya. Kenapa sekolah? Ayah lo meninggal, seharusnya lo gausah sekolah sekarang."
"Aman itu, ntar pulang sekolah."
Nalen mengernyit bingung dan tak paham apa yang Leon maksud.
"Udah ah!" Leon buru buru membalikkan tubuhnya menghadap depan dan membelakangi Nalen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lian & Leon. || sunoo, jungwon.
Random6.935 hari, 19 tahun mereka telah hidup tanpa mengetahui hubungan darah antara satu sama lain. Kenyataan yang pahit telah memisahkan mereka sebelum mereka bisa menyadari lika-liku kehidupan yang sebenernya. Namun takdir pun akhirnya menyatukan mer...