14.

273 28 4
                                    

.
.
.


Malam itu, hujan lebat melanda kota Jakarta, Galen yang tengah duduk bersantai terkejut ketika menemukan Nalen.

Nalen terlihat berantakan, baju seragam yang basah dan terkena lumpur, juga wajah nya yang babak belur.

Galen menghampiri Nalen, Nalen terlihat menghiraukannya dan berjalan begitu saja.

Galen menghela napas kala melihat lantai yang kotor karena Nalen.

Setelah membersihkan lantai, Galen menghampiri Nalen dengan bubur dan juga teh hangat.

Galen mengetuk pintu, mengernyit kala pintu kamar yang tak di kunci.

Galen memasuki kamar Nalen, ia melihat tidak ada Nalen yang berada di kamar nya.

Galen menaruh gelas dan bubur nya. Ia mengetu pintu kamar mandi sedikit ragu, karena tidak ada nya suara gemericik air.

"Nalen? Lo mandi?"

Tak ada sahutan.

Padahal baru kemaren kita ngobrol, gua kira lo perlahan-lahan mulai maafin gua, Nalen.

Pintu kamar mandi terbuka perlahan, Galen terkejut saat melihat Nalen yang duduk di lantai kamar mandi.

Lutut yang ia tekuk, dan seragam yang masih ia kenakkan.

"Nalen..?"

Nalen perlahan melihat ke arah Galen. Dengan air mata yang terus mengalir, ia sesegukan tak bisa berbicara.

Galen memeluk nya, "kenapa, Nalen?"

Tangisan nya semakin kuat, ia menangis sejadi jadi nya.

"Arlo-" Nalen berhenti berucap, ia menetralkan napas nya terlebih dahulu.

"Gue, gue sebagai orang terdekat nya gatau apa apa tentang dia," ucap nya membuat Galen mengernyit, dan Nalen yang semakin sesenggukan.

Nalen memberikan sesuatu pada Galen. Galen menerima polaroid itu dengan terkejut.

Setelah pulang sekolah, Nalen di cegat dengan beberapa orang yang dulu nya pernah satu sekolah dengannya.

Nalen terkejut, ia di bawa mereka semua di tempat yang sepi.

Nalen tak tau, apa sebenarnya tujuan mereka.

Tetapi dengan wajah mereka yang senang, cengiran mereka, tawa mereka membuat Nalen muak.

"Apa sih, anjing?"

Ketua dari mereka terkejut, ia menyeringai. "Seorang Nalendra Argantara, ngomong kasar?!"

"Atutt," ucap salah satu dari mereka.

"Gua bilangin bapak lu ya! Biar di-"

"Mau lo semua apa?"

"Kalau gua ngomong, jangan di potong dong!" Ucapnya mendekatkan diri, kemudian dengan jari telunjuk nya mendorong jidat Nalen.

"Gua cuma mau kasih ini sih," ucap Zero, memberikan foto polaroid pada Nalen.

Ia tertawa, "gua tau kok, lo ga ngedorong dia. Ya karena dia udah kotor, gimana ga malu?" Ucap nya terkekeh.

"Maksud lo?"

"Temen lo! Udah kita pake!" Ucap mereka diiringi tawaan yang keras.

Nalen terdiam, ia menatap foto foto itu.

Foto Arlo tanpa menggunakan sehelai benang pun, berjongkok seperti anjing. Dengan beberapa orang di samping nya tersenyum sangat lebar.

Arlo terlihat dengan wajah datar nya, menatap ke arah kamera.

Lian & Leon. || sunoo, jungwon. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang