"He's not perfect, but he's all I want." -Penunggu kematian.
___
"Eh.., ada temennya Artala ternyata."
Agtama yang sedang memainkan ponsel di sofa dan Artala yang sedang membaca novel di brankar nya menoleh, menatap Perawat Ish yang berjalan masuk dengan nampan berisi makanan di tangannya.
"Waktunya makam malam Artala," ucap Perawat Ish membuat Artala mendengus.
"Gamau, Arta gak laper."
"Laper gak laper harus tetep makan," ucap perawat Ish lalu ia terdiam sesaat setelah melirik Agtama yang kini telah meletakkan ponselnya.
"Biar saya saja." Agtama mengambil alih nampan yang ada di tangan perawat itu.
"Panggil aja Mbak, Arta juga sering manggil gitu kok," ucap Perawat Ish, karena dirinya dengan Artala memang cukup dekat. Artala yang sering dirawat, membuatnya sering menghabiskan waktu dengan gadis itu, dari kecil hingga sebesar ini.
Agtama mengangguk pelan lalu tersenyum saat Perawat Ish pamit untuk urusan dengan pasien lain, lalu laki-laki itu bergerak untuk duduk di kursi yang ada di samping brankar.
"Makan dulu, La."
Artala mengabaikan Agtama, tetap fokus membaca novel sembari bersandar pada boneka Mickey Mouse besar di belakangnya.
"Artala.."
"Lo tuli? Tadi gue udah bilang gak mau," kesal Artala, hari ini, moodnya sungguh hancur lebur. Jangan salahkan dia apabila tak bisa bersikap lebih ramah pada Agtama, bahkan orang lain.
"Sedikit aja."
Artala merasa tak bisa menahan lagi rasa laparnya. Ya, ia lapar, tapi... Ia tidak mau mengakuinya. Gengsi.
"Gue bisa sendiri," ujarnya sambil merebut mangkuk berisi sup ayam di tangan Agtama, lalu mulai makan dengan pandangan Agtama yang tak pernah luput darinya.
Agtama memperhatikan gadis kurus berwajah pucat di depannya. Artala terlihat tak baik-baik saja.., mau pada fisik ataupun mentalnya. Rasa empati tiba-tiba berbondong-bondong menyerang seorang Agtama. Ia tau terasa menjengkelkan ketika dikasihani, tetapi Artala ini benar-benar kasihan.
Kebanyakan yang orang tau, Artala ini gadis cantik yang jarang mengikuti pelajaran olahraga. Gadis pendiam sehingga dianggap sombong karena dari keluarga yang kaya raya. Orang-orang mengasihaninya hanya karena penyakitnya, selain itu mereka menganggap seorang Artala itu sempurna.
Padahal tidak.
Paru-paru yang tidak dapat bekerja secara sempurna, keluarga lengkap tapi tidak sempurna karena kekurangan kebahagiaan, kisah asmara yang tak sempurna karena adanya perusak di dalamnya..
Agtama menghela nafas pelan, ia tak seharusnya memikirkan hal ini. Jika saja Artala bisa membaca pikirannya, dia pasti akan marah karena dikasihani itu adalah hal menjengkelkan bagi orang yang memiliki harga diri. Agtama pun begitu.
Meski ia tinggal di panti asuhan, belajar dengan keras agar bisa mempertahankan beasiswa untuk sekolah, hingga tak bisa merasakan hidup serba berkecukupan dengan keluarga bahagia.., Agtama tak mau dikasihani. Ia tak mau dikasihani, karena ia merasa masih mampu untuk berusaha, berjuang untuk mengubah segala takdirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Leave
Romance"Satu pertemuan, berjuta kebersamaan, bermiliar kenangan. Hingga akhirnya, kembali pada satu perpisahan." _____ Artala mencintai seorang Nava, tapi ia tak bisa hidup dengan baik tanpa Agtama di sisinya. Agtama...