Bab 10: Orchestra Concert

20 7 0
                                    

Cause the hardest part of this is leaving you.”
Cancer— My Chemical Romance.

____

HUJAN mereda, meninggalkan jejaknya dengan air yang menggenang di jalanan. Udara dingin masih terasa dan langit pun mulai menjingga karena matahari yang mulai terbenam di ufuk barat.

Semilir angin menyapu membuat tangan itu kembali mengusap lengannya, lalu bergerak meminum coklat panas miliknya hingga tandas.

Waktu sudah menunjukan pukul 15.32, dan akhirnya laki-laki itu keluar dari sebuah bakery lalu menghampiri seorang gadis yang berdiri di samping motornya.

"Berangkat sekarang La?" tanya Agtama, sambil memakai jaketnya dengan tatapan seorang Artala yang terus tertuju padanya.

Gadis itu memperhatikan Agtama yang kini memakai helm lalu menaiki motornya, setelahnya memberikan sebuah helm lain padanya.

"Punya siapa?" Artala bertanya dengan mata menatap bingung helm putih di tangannya.

"Punya mbak Rachel, dia punya dua, jadi gue pinjem satu," ucap Agtama membuat Artala menganggum lalu memakai helm itu.

Artala menaiki motor Agtama lalu tersenyum tipis, menepuk bahu Agtama pelan, "udah mas."

"Sesuai alamat kan dek?"

Artala terkikik pelan dengan Agtama yang menggeleng lalu memutar kunci dan menyalakan mesin motornya, lalu melajukannya bergabung dengan kendaraan lain di jalan raya.

Artala tersenyum tipis, menikmati angin yang menyapu wajahnya, sedikit gerimis yang membuat wajahnya basah.

Mereka berkendara dibawah langit jingga yang indah setelah langit kelabu yang dingin, di atas aspal basah bersama kendaraan-kendaraan lain dengan kesederhanaannya.

Sepanjang perjalanan, tak ada satupun dari mereka yang membuka suara. Artala hanya duduk dengan tangan perpegangan pada jaket Agtama.

Tiba-tiba saja sebuah guncangan terjadi karena polisi tidur, genggaman Artala pada ujung jaket Agtama terlepas dan tubuhnya terdorong ke depan, sehingga tangannya malah melingkar di pinggang laki-laki itu.

"Maaf kak, gak sengaja," ucap Artala sedikit keras, agar Agtama bisa mendengarnya.

"Makannya kalau pegangan itu yang bener." Agtama mengatakannya, dengan ekspresi canggung di wajahnya.

"Yaudah sii, ini udah pegangan yang bener," jawab Artala, memilih melingkarkan tangan di pinggang Agtama sebagai pegangan.

Tanpa tau.., bahwa orang yang ia peluk dari belakang ini tengah mati-matian mengumpulkan fokus pada jalanan.

Sekitar 20 menit lamanya berkendara, akhirnya kini Agtama memarkirkan motornya di parkiran sebuah gedung tinggi.

"Kayaknya outfit kita gak sesuai deh," ucap Artala saat melihat orang-orang yang masuk ke dalam gedung, memakai pakaian rapi dan formal.

Sementara mereka? Artala hanya memakai loose pants hitam dan hoodie abu, sementara Agtama memakai celana hitam dan jaket hitamnya.

"Gapapa, ayo," ajak Agtama, menarik tangan Artala lalu menggandengnya menuju pintu masuk.

Never LeaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang