Dan tibalah di tanggal 5 Desember 1890, malam harinya Albert dan rekan-rekan nya bergegas menuju ke kediaman musuh atasannya.
Namun atasan Albert hanya berdiam diri di kediaman nya sendiri dan menunggu anak buahnya membunuh musuh nya tersebut.
Brak...
Terdengar suara dobrakan pintu di kediaman musuh atasannya Albert.Dor.. Dor.. Dor.. Dor...
Albert dan rekan-rekan nya secara brutal menembakkan banyak peluru, yang entah terkena apapun yang ada di dalam kediaman musuh atasannya tersebut.
Terdengar suara pintu terbuka dan keluar seseorang dari kamar. Albert mengira bahwa itu adalah musuh dari atasannya, ia langsung menembak nya berkali-kali.
Terdengar suara teriakan rintih seorang wanita, ternyata yang Albert tembak adalah istri dari musuh atasannya, dan ternyata saat itu musuh dari atasannya sedang tidak berada di rumah.
Istri dari musuh atasannya seketika mati di tempat. Albert dan rekan-rekan nya yang mengetahui hal itu, langsung meninggalkan kediaman musuh atasannya tersebut.
Mereka semua langsung bergegas menuju ke kediaman atasannya untuk memberitahukan hal ini.
"Tuan..., tuan", panggil Albert.
Atasannya membukakan pintu dan tertawa tebahak bahak karena melihat baju yang di kenakan anak buah nya penuh dengan cipratan darah.
"Tuan, saya ingin memberitahukan sesuatu. Saya telah menembak seseorang di dalam rumah itu, saya kira itu adalah musuh tuan, tapi ternyata itu istrinya. Musuh tuan, musuh tuan tidak ada di rumah saat itu terjadi. Istrinya terbunuh", ucap Albert
Yang awalnya atasan Albert tertawa terbahak-bahak, seketika terdiam.
"Istrinya mati..., kenapa kamu membunuh istrinya bukan dia?", ucap atasannya dengan nada marah.
"Sudah, pergi kalian semua dari sini, amankan diri kalian sendiri sendiri", lanjut atasannya.
Atasannya langsung menutup pintu dan tak menghiraukan keadaan serta nasib anak buahnya sendiri.
Albert dan juga rekan-rekan nya akhirnya memutuskan untuk pulang. Setibanya Albert di rumah, Siti sudah duduk di kursi ruang makan.
Ketika melihat Albert yang berlumuran darah, Siti sangat kaget dan muntah muntah. Bau darah yang menyengat membuat siti menjadi lemas. Perutnya juga langsung kram, saat itu ia hamil sudah 8 bulan.
Helena yang saat itu tertidur pun langsung terbangun ketika mendengar Siti muntah muntah. Ketika Helena keluar dari kamarnya, ia sangat terkejut ketika melihat Albert yang badannya berlumuran banyak darah.
"Papa..., apa yang terjadi kepada Papa?", ucap Helena.
"Tidak terjadi apapun sweetheart", jawab Albert.
Helena pun mengambilkan minum untuk Siti yang sedang muntah muntah di belakang. Albert pun segera berganti baju dan menghampiri Siti.
"Mama, ini minum terlebih dahulu", ucap Helena sembari memberikan segelas air putih.
"Terima kasih sweetheart, kamu kembali tidur saya sweetheart, kembali lah ke kamarmu", jawab Siti.
"Tapi Mama masih hendak muntah, apakah Mama tidak kenapa kenapa?", ucap Helena.
"Iya sweetheart, Mama tidak kenapa kenapa", jawab Siti.
Helena pun segera kembali ke dalam kamarnya, namun ia tak bisa tidur kembali. Ia mendengar kan perbincangan anatara Siti dan Albert.
"Honey kamu tidak kenapa kenapa?", tanya Albert seraya ingin meraih tangan Siti.
"Jangan sentuh saya, saya tidak ingin di sentuh oleh seseorang yang keji, senang kamu sudah menghabisi musuh dari atasan kamu beserta pasukannya juga?", ucap Siti.
"Maaf, tapi bukan dia yang terbunuh. Melainkan istrinya", jawab Albert.
"Apa, istrinya?... Kamu telah membunuh seorang wanita. Kamu memang sudah gila, bagaimana jika musuh dari atasan kamu beserta pasukannya mancari kamu", ucap Siti dengan nada marah.
Albert meminta maaf dan juga berusaha meraih tangan Siti untuk di tuntun duduk di ruang makan.
"Jangan sentuh saya, saya tidak ingin di sentuh oleh kamu", saut Siti.
Helena yang mendengar bahwa Albert telah membunuh istri dari musuh atasan ia langsung keluar dari kamar dan marah besar kepada Albert.
"Kenapa Papa melakukan itu, kenapa Papa?, Papa telah membunuh orang yang tidak bersalah. Papa telah melakukan kesalahan besar. Kini Helena tau segalanya, Helena bukan anak kecil lagi yang bisa di bohongi oleh keadaan, Helena sangat kecewa terhadap Papa", ucap Helena.
Setelah Helena mengatakan hal itu ia langsung masuk kamar dan mengunci pintunya
"Lihatlah, apa yang saya khawatirkan terjadi kini. Helena telah mengetahui segalanya, dan kamu selalu berusaha menyangkal bahwa hal ini tidak akan terjadi dengan alasan bahwa kamu akan melindungi saya dan juga Helena", ucap Siti.
"Honey, besok saya akan ke kediaman atasan saya. Saya akan meminta perlindungan darinya, saya yakin dia tidak akan membahayakan saya dalam situasi seperti ini", ucap Albert.
KAMU SEDANG MEMBACA
Helena Victoria
Non-FictionHelena, gadis jelita yang tak berdosa namun harus menanggung segala sakit atas kesalahan yang di lakukan oleh papa nya. Bahkan takdir yang memilukan telah membawanya pada perjalanan yang panjang. Semua yang sudah di takdir kan untuknya tak kan ter...