01 - Kakek?

634 55 4
                                    

⚠️BANYAK TYPO

Haii 👋.. halo teman teman semua, ini adalah cerita pertamaku, murni dari khayalan pribadi.

Apabila ada nama dan alur yang sedikit sama dengan cerita yang pernah kamu baca, itu mungkin hanya ketidak sengajaan, karena memang cerita ini benar benar aku bikin tanpa melibatkan cerita lain.

Maafkan untuk segala TYPO and

Happy Reading semuanya






Flashback

Drrttt

Drrttt

Drrrt

"Halo."

"Lily kasih tau mama kamu, cepet keatas kakek ga sadar."

"Maksudnya?."

"Jangan banyak tanya."

Tuttt

Suara wanita disebrang sana terdengar sedikit bergetar dengan isakan kecil yang sesekali kian terdengar.

Dadanya tiba tiba terasa sesak, dia tanpa sadar melempar pena yang dipegangnya dengan sembarangan.

Kakinya melangkah cepat menuruni beberapa anak tangga dengan tergesa gesa.

"Maa."

"Mamaa." Teriaknya.

Jam menunjukan pukul 11 malam, gadis itu tanpa pikir panjang melangkahkan kakinya keluar rumah. Dipikirannya sekarang hanya rumah kakeknya. Dia berlari tanpa alas kaki dikakinya.

"Astaga."

Dadanya berdegup kencang, melihat kakek yang sangat dia cintai dan dia banggakan tengah berbaring tidak berdaya dilantai rumah.

"Kenapa?." Suaranya bergetar, matanya terasa panas melihat keluarganya sedang berusaha membangunkan kakeknya.

"Kakinya dingin."

Mendengar itu dengan sigap Lily meraih dan menggosok gosok kaki kakeknya dengan perasaan yang tidak karuan.

"Kek bangun." Lirinya. Matanya yang terasa panas akhirnya mengeluarkan air mata yang tidak mampu dia tahan.

Sosok yang selalu tersenyum dan menjadi faktor utama dirinya semangat menjalani hari hari sekarang terkapar tidak berdaya dihadapannya.

Isak tangis orang orang disana kian membuat dadanya semakin terasa sesak, tangan yang sedari tadi berusaha memberikan rasa hangat di kaki kakeknya sekarang bergetar dan tidak mampu menggerakannya lagi.

"Ini sudah gabisa."

"Kakek sudah tidak ada."

Lily terdiam melihat mamanya yang sedang menangis bersimpuh disamping tubuh kakeknya.

••••••••

Dalam keheningan malam, di bawah cahaya remang-remang lampu kamarnya, dia meratapi kepergian sang kakek. Hatinya terasa hampa, seperti kehilangan sebuah bagian dari dirinya.

"Gabisa, aku hidup tanpa ada pembelaan dari kakek." Lirihnya hampa.

"Gabisa." Air mata menetes di pipinya, merindukan suara lembut sang kakek yang selalu menghiburnya. Meskipun dia tahu bahwa sang kakek telah pergi, namun perasaan kehilangan itu masih begitu nyata, meninggalkan luka yang dalam di hatinya.

"Aku butuh pelukan hangat, aku sendiri, aku butuh kakek." Gadis itu terisak hebat, dia merindukan pelukan yang membuatnya merasa aman, dan cerita-cerita yang selalu menghiburnya di malam hari. Sekarang, dia terdiam dalam kesedihan, hanya bisa memeluk kenangan yang takkan pernah pudar.

LILY // (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang