17 - Menikah?

106 8 0
                                        

Happy Reading semuanya
Jangan lupa Vote dan Komen ceritanya.
••





Pagi hari dengan suasana bahagia, Lily kini tengah menatap pantulan dirinya sendiri di kaca besar milik Raga. Senyuman terus merekah indah dari bibir indahnya.

"Aku ini cantik, pantas saja Raga menyukaiku." Kekehnya tersenyum senyum sambil terus menatap kearah cermin.

••

Kepalanya menoleh kekasur, melihat Vena yang masih sangat pulas pada tidurnya. Awalnya dia ingin kembali meminta bantuan Vena untuk mengantarkannya, tetapi melihatnya yang tertidur pulas membuat Lily mengurungkan niatnya.

Dia berjalan dan mengambil hadiah yang kemarin dibawanya diatas lemari. Menatap hadiah kecil itu dengan tatapan yang berbinar, tidak sabar untuk segera menyerahkannya pada Raga.

"Aku bekerja keras untuk ini, semoga dia menyukainya." Gumamnya pelan.

"Tidur yang nyenyak cantik." Bisiknya menatap Vena kemudian melambaikan tangan seolah olah Vena dapat melihatnya.

Dengan semangat, Lily pergi menggunakan taxi, menelusuri jalanan kota Jakarta pagi yang sibuk. Mengamati kendaraan roda dua dan empat yang berlalu lalang menuju tempat tujuan masing masing.

Di tengah kerumunan yang hadir untuk menyaksikan momen penting itu, dia berdiri di antara mereka dengan hati yang penuh dengan kebingungan.

"Aku harus kemana sekarang." Herannya melihat lihat sekitar, begitu banyak orang seperti dirinya yang menenteng hadiah hadiah untuk diberikan sebagai tanda ucapan selamat.

Tangannya segera mengambil hp dan mengetik nomor Raga kemudian dengan cepat memulai panggilan suara.

Nomornya berdering, namun tidak ada jawaban sama sekali. Lily mengehela nafasnya sekarang, mungkin Raga sekarang begitu sibuk, tidak ada waktu hanya untuk menjawab panggilan darinya.

Dia berjalan, matanya menoleh kesana kemari, berusaha mencari sosok Raga diantara orang orang.

Dengan penuh perhatian, dia menyaksikan penampilan para calon polisi yang berdiri di panggung pelantikan. Matanya dipenuhi dengan harapan akan masa depan yang aman dan terjamin.

Di antara mereka, dia melihat potensi dan dedikasi yang akan membawa perubahan positif dalam masyarakat. Dalam setiap gerakan dan ucapan, dia melihat awal dari perjalanan yang penuh dengan pengabdian dan pengorbanan untuk melindungi dan melayani.

"Mungkin saja Raga ada dibarisan orang orang itu."

"Tapi badan Raga kan gede, masa iya ga keliatan si." Oceh Lily yang dari tadi tidak kunjung melihat Raga.

Lily kembali menyusuri kerumunan yang meriah di tempat pelantikan,

Akhirnya setelah hampir 1 jam berkeliling, dia menemukan sosok wajah yang dikenal di antara para lulusan yang baru saja dilantik.

"Mora." Lirihnya menatap kearah depan.

Dia melihat Raga berdiri di antara rekan-rekannya yang baru saja dilantik, namun di sampingnya, ada Mora dan keluarganya yang menemani Raga.

Mereka bercanda tawa senang dengan tangan Raga yang tidak lepas menggenggam tangan Mora.

Perasaannya terombang-ambing antara kegembiraan melihatnya berhasil mencapai impian, dan kepedihan melihatnya bersama dengan orang lain.

"Pantes aja ga diangkat."

"Dasar." Lirih Lily berusaha biasa aja, memaklumi pandangan didepannya.

Dia tidak berani melangkah maju, hanya bisa diam ditempat menatap Raga dan Mora didepan yang tertawa senang. Menunggu waktu yang tepat untuk berjalan menghampiri mereka.

LILY // (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang