Untuk part 06 dan 07 aku saranin kalian membacanya sambil memutar lagu sad favorit kalian yaa wkwk biar kerasa aja feel nya gtu.
Happy Reading semuanya
Jangan lupa Vote and Komen ceritanya
••••
•
•
•"Non."
"Nona Lisya."
Tokk
Tokk
Tokk
Lily tidak mengubris mungkin karena rasa lelah yang masih menghantui tubuhnya, namun suara ketukan itu semakin keras dan terus berulang.
Dengan enggan, dia membuka mata. "Iya pak kenapa." Dengan suara lirih, dia menyahut panggilan petugas asrama yang memanggil namanya.
Langkah gemetar, wanita itu membuka pintu asramanya dan menyapa petugas yang menunggunya di luar. Dalam tatapan lelahnya, dia mencoba untuk tersenyum, berusaha menyembunyikan kesedihan yang masih merayap di dalam hatinya.
"Ada yang nungguin non di luar gerbang." Tutur bapak itu.
"Loh siapa." Heran Lily.
"Nanti aku keluar pak, bilang aja tunggu sebentar." Lanjutnya dibalas anggukan bapak petugas itu.
"Siapa lah pagi pagi gini." Ocehnya.
Lily berjalan, wanita itu menatap cermin dengan tatapan hampa, melihat wajahnya yang penuh dengan bekas-bekas air mata, matanya sedikit terlihat merah, dan kantungan mata yang terlihat jelas.
Dia meraba pelan pipinya yang masih terasa basah, mengingat betapa pilunya tangisannya semalam. Bibirnya yang biasanya tersenyum kini tergantung lesu, mencerminkan beban emosional yang masih menghantui dirinya.
Melihat dirinya sendiri di cermin, dia merasakan sedikit kelegaan bahwa setidaknya saat ini air mata telah kering, meskipun bekas-bekasnya masih mengingatkannya pada rasa sakit yang baru saja dia alami.
"Mandiri."
"Kamu harus mandiri."
"Kamu masih punya diri sendiri, berdiri di kaki sendiri Lily, jangan manja." Tergarnya berbicara pada diri sendiri.
Dia melangkahkan kaki ringannya ke wc kemudian mengambil jaket yang tergeletak begitu saja di sisi kasurnya.
"Masih ada pak orangnya?." Tanya Lily hati hati saat dirinya sudah sampai didepan pintu gerbang.
"Ada non di samperin aja." Jawabnya.
Saat membuka gerbang tiba tiba sekujur tubuhnya terasa kaku, orang yang ingin menemuinya benar benar dia tak duga. Neneknya sedang duduk dibangku yang memang disediakan untuk orang yang menunggu.
"Mati. Kalo tau siapa yang datang aku gabakalan selelet ini." Oceh Lily didalam hati.
Kakinya melangkah dengan hati hati menghampiri nenek yang sedari menunggu kedatangan dirinya. Dia tidak bisa berkata apa apa selain menundukkan kepalanya, bahkan hanya sekedar menatap matanya saja dia tidak bisa.
"Sengaja buat saya menunggu lama seperti ini?." Tanya nenek terdengar sarkas.
Lily lagi lagi menunduk. "Maaf nek Lily salah, Lily minta maaf." Jawabnya hati hati.
"Nih." Nenek menyodorkan segepok uang pada Lily. Lily yang melihat itu hanya menatap neneknya dengan tatapan bertanya tanya.
"Ini uang untuk kamu dari saya."
"Yang terakhir." Tegasnya menekat setiap kata yang diucapkan.
"Maksud nenek?."
"Ambil." Ujar nenek lagi lagi menyodorkan uang.
KAMU SEDANG MEMBACA
LILY // (SELESAI)
Fiksi Remaja⚠️INI HANYA CERITA SINGKAT ⚠️KONFLIK RINGAN "Aku janji tangan kamu yang akan aku genggam di ujung kesuksesan nanti." ~R •• "Pergilah, tugasmu membahagiakan orangtuamu belum selesai." ~L •• "Dan selamat atas pelantikannya." ~L