"Kenapa sekarang Lo bela zweitson? Lo kasihan sama dia? Heh... Tanpa menghilang rasa hormat gue sama Lo, sampai kapanpun gue bakalan benci! Sama dia" tegas fenly
"Munafik lu Shan, sok paling baik! Bilang aja kalau Lo benci, kita maklum kok" sahut Farhan santai sambil menepuk pundak Shandy, tapi Shandy lebih dulu menghindar sebelum tangan Farhan mengenai pundaknya
"Gue emang sempat gak suka sama dia! Tapi gue gak pernah benci sama dia, gue sadar. Gue gak pernah baik sama dia, tapi gue sadar kalau perlakuan itu, dia gak pantes dapat itu semua! Karena yang salah itu, nyokap nya!!" Kata Shandy langsung menunjuk mama dengan tatapan tajam
"Kok salah mama?" Sahut papa binggung
"Emang semua ini salah mama, mama yang sumber masalah ini. Zweitson lahir itu, karma mama yang telah membunuh orang tua mereka!" Timpal Ricky menatap satu persatu dari mereka dengan tatapan serius
"Apa maksud kamu! Jangan pernah nuduh saya sembarangan, jangan fitnah kamu!" Elak mama
"Tapi ini semua benar kok" sambung Fiki
"Orang tua mereka??" Gumam papa
"Pah, jujur sama kita" paksa Farhan untuk membongkar rahasia yang selama ini di simpan rapet rapet oleh mereka
"Jujur apa?" Binggung papa menatap mereka
"Kita semua udah tau, siapa kita sebenarnya" ujar fenly
"Maulana, udah waktunya mereka tau semuanya. Mama rasa? Mereka sudah lebih tau hal ini sebelum nya" tutur eyang pelan
"Sebelum papa jelasin, papa harus tau. Kematian orang tua kita, ada sangkut pautnya sama mama Mia" tegas Shandy
Mama melotot kaget, kenapa anak anak ini tau hal itu? Siapa yang memberi taunya? Apakah mereka sudah tau kotak itu? Gawat! Saat mama Mia ingin membuka suara, selalu saja di potong oleh mereka, rasanya tidak ada celah untuk mama Mia membuka suara.
"Gawat, kalau mas Maulana tau!" Gumam mama dalam hati
Mendengar perjelas dari anaknya, Maulana kini menatap Mia dengan tatapan tak menyangka bahwa istrinya itu akan berbuat hal seperti itu.
"Kalau papa gak percaya, buka kotak ini. Kita semua tau dari kotak ini" ujar Farhan langsung meletakkan kotak itu di atas meja itu
Perlahan Maulana langsung membuka kotak itu, terlihat kumpulan Buku buku di dalamnya, walaupun. Maulana tidak membuka buku itu satu persatu, tapi Maulana sudah mengetahui untuk siapa siapa saja buku itu di tujukan. Tapi Maulana cuma mengambil buku yang tertulis ungkapan, buka itu sangat mencuri perhatian Maulana untuk membuka.
Satu persatu Maulana membuka buku, rasa hati sangat kaget, Maulana terduduk dengan tatapan sendu. Mia yang melihat, binggung, bagaimana caranya buat menjelaskan semuanya.
"Mas ak_"
Prak__ satu tamparan melayang di pipi Mia, terlihat jelas tatapan dan raut papa tergambar sangat marah besar.
"SAYA KECEWA SAMA KAMU! APA MAKSUD KAMU! HAH!!" Marah papa
"Mas aku bisa jelsin, ini tu_ gak ya kamu pikir" ujar mama panik
"Gak ada yang perlu dijelasin, buku ini! udah jelas!!" Tegas papa sambil meletakkan buku itu dengan kasar, setelah itu papa langsung pergi meninggalkan mereka semua yang ada diruangan itu.
Mama Mia mengusap wajah kasar, rasa frustasi selalu ada di sana mereka yang mengalami kondisi seperti mama.
"PUAS KAN KAMU!" Kesel mama menatap anaknya satu persatu
"Belum" kompak mereka semua kecuali Fajri dan eyang "sebelum kamu masuk penjara" lanjut mereka lagi
Mama yang kesel, langsung pergi begitu saja.
"Eyang, kalau mau istirahat. Istirahat aja" tutur fajri
"Iya, eyang juga capek" bals eyang, sebelum pergi. Eyang mengelus pipi fajri sambil tersenyum.
Satu ruangan itu menatap Fajri dan eyang terdiam.
•|•
Malam nya, satu rumah itu tidak ada yang saling tegur menyapa, entah masih dengan keadaan siang tadi. Atau emang mereka lagi tidak mood untuk berbicara, pun berbicara sepenting nya saja.
"Ji, cari makan yuk!" Ajak Shandy di ambang pintu kamar fajri
Fajri yang sedang duduk di meja belajar, sontak menoleh kearah sumber suara.
"Kemana??" Tanya Fajri
"Terserah, yang penting keluar. Malas gue di rumah" bals Shandy melangkah masuk kedalam kamar
Fajri terdiam sejenak sambil berpikir "Oke deh, tapi aji ganti baju dulu ya" ujar Fajri mengiyakan
"Iya, gue tunggu di mobil" kata Shandy sambil beranjak keluar dari kamar, hanya di bals Fajri dengan deheman aja.
"Shandy, mau kemana??" Tanya Farhan yang berselisihan dengan Shandy di anak tangga.
"Keluar, mau makan" jawab Farhan
Dibalas Farhan dengan mengohh kan saja. Melihat respon Farhan seperti itu, Shandy langsung melanjutkan perjalanan menuju mobil begitu saja dengan Farhan Menuju kamar.
•|•
Setelah beberapa menit, akhir Fiki memutuskan untuk ke kamar fajri, untuk mengajak bermain game bersama. Tapi si pemilik kamar tidak ada di dalam ruangan itu.
"Mana tu anak?" Gumam Fiki diambang pintu
"Aji! Ji!! Fajri!!" Pekik Fiki dengan heboh nya
"Apa sihh lu Fik, berisik!" Ketus Fenly yang keluar dari kamar yang Mendengar suara teriak Fiki
"Lu sama adek sendiri, gak bisa banget lembut" cibir Fiki dengan wajah cemberut
"Apa sihh, gak usah lebay lu" acuh fenly yang lagi tidak mau bercanda, tanpa perduli fenly langsung masuk kembali ke kamar nya
"Punya abg, gak bisa banget di ajak bercanda" dumel Fiki manyunkan bibir nya
Fiki memutuskan untuk masuk kedalam kamar Fajri, sambil menunggu kedatangan si pemilik kamar, Fiki juga ingin mengistirahatkan tubuh setelah beberapa menit belajar.
Besok Fiki memutuskan bersekolah setelah kecelakaan itu, ia tak mau banyak berlibur, bagaimana pun libur itu bukan membuat hatinya tenang, tapi tambah pikiran, tugas yang menumpuk, absen yang makin bertambah, dan terpenting, bosen!
Saat Fiki ingin merebahkan tubuhnya di atas kasur Fajri, Fiki tak senagaja meja di dekat kasur, sebuah kertas yang terdampar. Tubuh nya pengan banget beristirahat sejenak, tapi entah Kenapa? Kertas itu seakan menarik nya untuk membaca, rasa penasaran tumbuh di benak nya, tak biasa nya Fajri meletakkan barang nya, yang membuat fiki sepenasaran ini.
Apakah jantung zweitson membuat batin nya tergerak??
Perlahan Fiki mengambil kertas itu, dengan perlahan membuka nya dan membacanya. Fiki benar-benar Shock! Apa yang ia baca saat ini.
Jantung yang saat ini berkerja untuk memompa darah nya, ini adalah jantung zweitson, orang sangat Fiki benci, akibat dia! eyang tidak memberi nya kasih sayang selayak cucu.
Fiki menangis tersedu-sedu, rasa penyesalan timbul di hati nya, berkat zweitson. Fiki bisa hidup sampai saat ini. Kenapa zweitson baik ini sama Fiki!! Fiki terus saja menangis dengan pernyesalan.
"Fiki? Kenapa kamu ada di kamar ini? Kenapa nangis?" Seorang yang diambang pintu itu kaget saat melihat Fiki menangis ditepi kasur pemilik kamar tersebut.
Fiki hanya terdiam menatap seseorang itu dengan wajah di penuhi air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
T E R B U N U H S E P I || Z W E I T S O N •• U N 1 TY || E N D
General Fictionaku adalah seorang yang sedikit rumit, perasaan ku sangat sensitif. aku tidak suka di bentak, aku tidak nyaman saat seseorang berkata pada ku dengan nada tinggi. aku lebih suka di nasehati dari pada disalahkan. aku lebih suka di ingat saat aku berbu...