Bab. 21 : Solar jadi Taufan?!

666 74 25
                                    

"Aku? Tentu saja aku Taufan."

Kalimat itu terus tergiang-giang di dalam kepalaku. Maksudku, benarkah? Dari tingkahnya aku tau dia tidak berbohong.

Kupikir temannya hanya bisa merasuki sesuai tubuhnya. Yah, kau tau seperti Solar merasuki Solar lain? Ugh, teori tentang dunia paralel membingungkan. Siapapun tolong jelaskan ini padaku.

"Jangan bercanda ...."

Sebuah suara berat terdengar, menandakan Halilintar akan marah.

"Solar ini tidak lucu, kalau kau adalah Taufan ... Lalu kemana kamu?!" tanyanya sambil menatap Solar furstasi.

Ah ... Benar juga, Halilintar masih belum tau Solar itu berasal dari dunia lain.

"Eh? Tentu saja dia ada, tenang saja bentar lagi dia akan bangun kok," balasnya dengan tawa kecil.

Keheningan melanda kami, kali ini Halilintar menatapku sendu. Meminta penjelasan atas semua ini, dia terlihat sudah sangat pasrah.

Mau tak mau kurasa dia memang harus diberitahu. Lagipula tidak nyaman rasanya kalau kau ingin melindungi seseorang, tapi tidak tau masalahnya.

"Kemarin itu ... bukan Solar adik kita yang bangun, tapi Solar dari dunia lain," jelasku dengan suara agak serak.

Takut jika nanti ia akan marah, dan akhirnya keluarga kami akan berantakan kembali. Habisnya, Halilintar adalah kunci agar keluarga kami bisa harmonis seperti dulu. Dan jika dia marah padaku sekarang ...

Semua ikatan itu akan hancur lagi, tanpa tersisa sedikitpun.

"Kau sudah tau? Kalau gitu kenapa ... Kenapa kau tidak beritahu? Lalu kemana Solar adik kita? Mati, hah?"

"Hei."

Manik biru itu menatap Halilintar dengan tajam, percikan cahaya rembulan membuat mata itu terlihat mengerikan.

Senyuman riang yang tadi terukir, kini berubah jadi senyuman amarah.

"Mulut bisa dijaga gak?"

Walau terlihat agak mengerikan, entah kenapa aku merasa dirinya keren. Kuharap suatu hari bisa memarahi dia, dengan cara elegan dan tenang sepertinya.

"Aku mungkin tidak tau apa itu keluarga. Tapi haruskah seperti ini bicara dengan keluargamu sendiri?" ujarnya lagi dengan senyuman lebar yang cukup menusuk.

Halilintar menundukkan kepalanya, tangannya mengepal erat. Tanda dirinya sadar kalau ucapannya benar, dan dirinya berada diposisi yang salah.

"Aku ...."

Belum selesai bicara, Taufan dari dunia lain itu langsung memotong ucapannya. Namun kali ini, wajah yang sejak tadi terlihat menyeramkan, sudah berubah jadi tenang dan riang kembali.

"Hahaha tenanglah, Solar tidak mati. Dia akan terbangun setelah semua ini selesai," katanya mengakhiri permasalahan ini.

Aku menghela nafas lega, bersyukur karena masalah itu tidak berubah jadi besar. Tapi cukup mengherankan, padahal kami adalah orang yang sama. Kenapa kepribadiannya berbeda? Apakah ini karena cara kami dibesarkan?

Hah ... Entahlah, tapi yang jelas dia adalah sosok panutan yang baik.

"Lalu kenapa kau dan Solar itu kemari?" tanya Halilintar lagi sambil berusaha tenang.

Mendengar hal itu aku langsung membelalakkan mata. Kaget dan bingung bagaimana menjelaskannya, apalagi alasannya adalah demi menyelamatkanku.

Aku menatap diriku yang lain, berharap dia akan membantuku. Tapi sayangnya dia hanya membalas tatapanku dengan senyuman lebar. Seolah berkata "selamat selesaikan sendiri."

SANG PAWANA [END S.2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang