Bab. 23 : Keluarga (2)

419 66 34
                                    

"Taufan! Bangunlah!"

"Eh, aku sudah bangun."

"Ish, bukan kau lah. Tapi Taufan nih!"

Terlihat dua sosok anak yang sudah terlepas dari ikatannya, duduk mengelilingi anak berbaju serba biru tersebut.

Anak bernetra merah itu terus berusaha membangunkan sang adik yang tiba-tiba saja pingsan. Sedangkan yang satunya hanya sibuk mengipasi mereka dengan kekuatannya.

"Hmm sepertinya dia tidak kekurangan energi," gumam Taufik yang merupakan Taufan dari dunia lain.

"Hah ... Tentu saja, dia hanya manusia biasa. Bukan kuasa seperti kau," balas Halilintar yang sudah mulai lelah.

Dia sudah tak sanggup dikelilingi dua anak yang memiliki sifat yang sama, untungnya salah satu Taufan sedang pingsan. Kalau tidak ... Entah apa yang akan terjadi.

Tap tap

Terdengar suara langkah kaki mendekati ruangan. Dengan sigap Taufik langsung berdiri dan segera mengambil ancang-ancang untuk bertarung jika diperlukan. Sedangkan Halilintar lekas mundur sambil membawa Taufan di punggungnya.

Kriiiieeet....

Tidak lama kemudian, pintu yang sudah tertutup itu kembali terbuka. Terlihat sosok wanita menyebalkan itu sedang menyeringai licik ke arah mereka.

"Wah ... Wah ... Mari kita lihat, ternyata tiga tikus ini sudah bebas, ya."

Wanita itu berjalan perlahan mendekatinya, seringai licik membuat kedua anak tadi harus lebih waspada. Halilintar tetap dibelakang menjaga sang adik, sedangkan Taufik menjaga kedua bersaudara itu sebisa mungkin.

"Jangan mendekat!" teriak Taufik sambil mengeluarkan jurus cakra udara.

Sayangnya Taufik belum tau kondisi ini sepenuhnya, khususnya tentang wanita gila ini. Alhasil, bukannya membuat wanita itu takut, ilmuwan tadi justru terlihat semakin senang.

Bulu kuduknya langsung merinding, Taufik sungguh tidak suka dengan ekspresi wajahnya. Dilihat sekali saja sudah jelas, kalau wanita ini bukanlah lawan yang bagus untuk dilawan.

Meski hanya manusia biasa, tapi kepandaian dan obsesinya adalah sebuah masalah besar. Dan itu adalah hal yang paling tidak disukai olehnya.

"Kekuatan tadi sungguh hebat! Tunjukkan lagi padaku!" ujar wanita tadi dengan riang.

Refleks Taufik langsung menghilang jurusnya tadi dan lebih memilih untuk menggunakan serangan bola angin. Mengeluarkan benda ini memang bukanlah ide yang bagus.

"Halilintar, jika ada kesempatan cobalah kabur," bisik Taufik tidak menghiraukan ucapan wanita tadi.

(Hirau = peduli, tidak menghiraukan = tidak peduli).

"Lalu kau bagaimana?"

"Aku akan menyusul nanti, Sekarang bersiaplah."

Tanpa menunggu lama lagi, Taufik segera mengeluarkan jurus bola angin dan menerjang wanita tadi terus menerus.

Dengan cepat wanita itu menghindari serangan, seolah itu semua sudah menjadi hal biasa baginya.

"Oh, iya. Aku lupa bilang. Aku ini seorang mantan Mafia loh. Jadi jangan heran jika aku bisa sehebat ini," ujar ilmuwan tadi dengan ekspresi yang terlihat sangat menikmati permainan ini.

"Cih, tidak ada waktu lagi. Aku harus segera bawa adikku ke rumah sakit," ucap Halilintar tak sabar.

Taufik mengangguk setuju, lalu segera mengeluarkan haveboard kesayangannya dan membawa dua anak tadi ke atas benda itu.

SANG PAWANA [END S.2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang