Bab. 24 : Tahap akhir

547 70 71
                                    

"TIDAAAK HALI!"

Ia menyeret tubuhnya mendekati anak berbaju merah itu. Matanya tak kuasa menahan air mata dan akhirnya anak itu pun menangis.

Pusaran angin mulai terlihat jelas, langit rumah kembali bergoyang. Tanda kehancurannya akan tiba, dan Beliung akan bangkit.

Namun, sebelum anak itu berhasil berubah. Seorang anak berhodie biru, sudah lebih dulu menyerang wanita itu. Sehingga pikiran Taufik teralihkan padanya, dan tidak jadi berubah.

"APA YANG KAU LAKUKAN?!" teriak anak itu kesal.

"I-itu bukan salahku! Dia lah yang membuatku menembaknya!" elak wanita itu sambil memberontak dari tahanan pria tadi.

"Kau ... Bukankah kita sudah sepakat untuk tidak melukainya?! Sial! Harusnya aku tidak pernah menyetujui rencana anak itu!"

Anak itu terus berdecak kesal dan berdebat dengan wanita gila tadi. Sedangkan Taufik sendiri tiba-tiba saja terdiam entah mengapa. Tangannya mengepal, dan tubuhnya perlahan melayang.

Duaaar!

Dan angin berhembus kencang tanpa ampun, membuat langit-langit rumah itu hancur dengan mudah. Sosok anak bertopi itu telah hilang digantikan anak yang tidak jauh berbeda.

Ia hanya melayang di langit tanpa suara, membiarkan dirinya diterpa angin kencang. Dua orang yang sejak tadi berdebat langsung menghentikan aksinya dan fokus dengan anak bermanik biru itu.

"Aku ... Boboiboy Beliung! Waktunya pembalasan!"

Manik biru yang seharusnya ceria berubah penuh amarah. Senyumannya tidak enak dipandang dan justru terlihat mengerikan. Vicky menelan air ludahnya, teringat dengan peringatan Solar belum lama ini.

"Oh, ya. Pastikan aku menggunakan kuasa baru tahap tiga saat dalam kondisi yang bagus. Jangan biarkan digunakan saat aku sedang marah."

Vicky perlahan mulai menjauh dari wanita itu dan berjalan mundur.

"Aku tidak mengerti, tapi baiklah. Yang penting kau berjanji memberitahu Taufan tentang rencana ini. Aku tidak ingin dia terlibat."

"Tenang saja, aku juga tidak berniat. Tapi jika dia tidak sengaja terlibat ... Kupikir dia akan jadi rekan yang berguna untukmu."

Mata hitamnya menatap anak bernama Beliung penuh ketakutan. Ekspresi anak itu jelas mirip seperti Taufan, dan saat itu juga Vicky mulai menyadari kalau dia bukanlah Solar.

"Ugh, apa yang kau sembunyikan dariku. Dasar kutu buku!"

Vicky membalikkan badannya dan bersiap lari. Namun bagi Beliung, siapapun yang ada di sini adalah musuhnya. Angin kencang berhembus dan menarik apapun yang ada di dekatnya.

Bagaikan bencana yang sesungguhnya telah datang.

•••

Sedangkan di dalam ruangan entah berada ...

Aku berusaha membangunkan sosok anak itu, semakin kutatap wajahnya ketakutan langsung menghantuiku.

Namun, tak lama kemudian suara erangan terdengar. Manik merah itu mulai terlihat, tanda kesadarannya telah kembali.

"Ta-Taufan?" panggil Halilintar agak serak.

SANG PAWANA [END S.2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang