Ada dua inti cerita.
1. Diederick - Vicky
2. Riki-EvanoDua hal ini bersangkutan banget jadi Jangan bingung.
____________________________
Sebelum Mereka Dewasa.
"Kemana ibumu ?" di ruang tamu, Vicky dikejutkan dengan kedatangan ayahnya. Pria berbaju formal itu datang tiba-tiba, atau memang setiap beliau kesini tak pernah sekalipun memberi tahu. Selalu membuat ibu panik dan kadang ketika ayahnya datang dan pergi sesuka hati, Vicky akan mendapati ibu merenung seharian.
"Di dapur." Jawabnya, lalu memindai sosok ayah yang tak pernah meliriknya. Suara langkah kakinya berderap memantul, siapa saja yang berada di dekat beliau akan merasa ciut, bahkan Vicky sekalipun.
Namanya Dirk De Jong. Seperti arti namanya, Tuan Dirk menjadi penguasa rakyat di daerahnya, kekuasaan yang sudah ia selami berpuluh-puluh tahun. Melirik anak laki-laki di hadapannya Tuan Dirk mengangguk. Lantas berlalu begitu saja, membuat Vicky menghela napasnya lega.
"Apa maumu ?!"
Di dapur, Nyai Sriyasih terduduk sembari mencengkeram gelas air putih. Seakan ia tahu bahwa Tuannya–ralat ayah dari anak-anaknya akan kemari. Di tatapnya wajah Tuan Dirk yang semula berbicara dengan nyalang. "Masih seperti seminggu lalu, Saya meminta tanah dekat bukit."
"Apa kau gila ?!" Tuan Dirk melangkahkan kaki, lalu tanpa aba-aba ia mencengkram leher Nyai Sriyasih dengan amarah, "Itu adalah tanah milik istriku." Katanya.
"Satu tanah di bukit tidakkah terlalu kecil untuk Tuan yang agung ini ?" Wajah Nyai Sriyasih nyaris tak berekspresi, hanya senyum tipis yang ia tunjukkan sebagai perlawanan seakan ia memang baik-baik saja padahal saluran pernapasannya telah menciut. Yang pasti ia tak ingin tunduk pada pria di hadapannya, ia seolah muak meskipun ia tahu bagaimanapun orang-orang melihat, dirinya hanya orang rendahan budak kaum meneer.
"Tidak. Kau mulai melawan ?" Seumur-umur Nyai Sriyasih tak pernah menentang apapun perintah Tuan Dirk, dan sekarang Tuan Dirk mendapati gundiknya seperti ini. Ia menatap mata gundiknya itu dengan kecewa. Ia tahu, saaangat tahu bahwa ia tak akan mungkin membawa Nyai Sriyasih ke dalam hidup aslinya, sekalipun ia ingin.
Sekalipun ia cinta.
Tuan Dirk masih waras, secinta apapun ia dengan Nyai Sriyasih ia tak akan mampu menghapus takdir bahwa ia telah memiliki istri dan anak. Istri dari kaum nya sendiri, seorang yang terpandang. Seorang yang mampu menyandingi dirinya.
"Ya. saya tidak akan tinggal diam atas ketidakadilan yang tuan berikan pada Vicky! Mengapa tuan memutus sekolah Vicky sedangkan Diederick tidak ?! MENGAPA TUAN MEMBEDAKAN ANAK SENDIRI ?!"
"SAYA MUAK DENGAN SEMUANYA, SAYA TAHU SAYA WANITA HINA, SAYA TAHU SAYA TAK PUNYA HARGA DIRI. SAYA TAHU, TAPI ANAKKU TIDAK SERENDAH SAYA, ANAKKU PUNYA MIMPI TUAN, Lepaskan kami. Saya tidak meminta apapun selain tanah bukit. Saya lelah tinggal disini."
Pria yang umurnya nyaris 50 tahun itu hanya membisu. Seolah ia telah kehilangan sesuatu yang menjadi bonekanya. "Baik." Lalu ia melepaskan cengkraman tangannya.
"Tapi dengan satu syarat."
"Tinggalkan Diederick bersama keluargaku, putuskan hubunganmu dengannya dan kamu akan aku beri tanah bukit."
Pandangan Nyai Sriyasih menjadi buram dan sebentar lagi ia akan mendapati air matanya meluruh. Sakit sekali, ia tak pernah tau bahwa ia akan berada dititik ini. Ia tak mampu memilih salah satu diantara kedua anaknya, tapi melihat Vicky yang kerap kali di kucilkan di tempat ini hanya karena dia anak dari seorang gundik juga membuat dadanya seperti di hujami belati berkali-kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kos Kencana Putra |Zerobaseone
FanfictionKencana Putra tak pernah tertulis dalam sejarah, tapi ia melegenda dengan ceritanya sendiri. Semua orang bungkam ketika nama itu terdengar. Mengunci pintu rapat-rapat dan tak akan keluar semalaman penuh. Legenda mengatakan ia merenggut setiap nyawa...