Mereka

1.5K 108 19
                                    

Sekilas mimpi
_______________

"Haruskah kita bermain ?" Di ujung anak tangga kayu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Haruskah kita bermain ?" Di ujung anak tangga kayu. Laki-laki berkulit putih duduk termenung, menggoyang-goyangkan kepala berambut pirangnya dengan perasaan gamang. Iya sangat bosan disini, biasanya ia akan bermain dengan saudara-saudaranya yang lain di rumah utama milik pappa. Bukan disini, meskipun kenyataannya disini adalah rumah aslinya.

"Tidak mau." Ia mendesah pasrah pada saudara kembarnya.

Namanya Diederick dan Vicky. Mereka adalah kembar dari sepasang suami istri. Haruskah di sebut suami istri ? Sedangkan pada kenyataannya ibu mereka hanya seorang nyai dari meneer Belanda atau lebih kasarnya adalah gundik.

Ibu mereka-Sriyasih-hanya satu dari banyaknya Selir yang di miliki pappa.

Di ujung pintu, Sriyasih menatap dua anak malangnya dengan perasaan bersalah. Seharusnya tidak seperti ini. Mengapa ia harus hamil dan menjadi selir dari meneer Belanda tak punya hati ? Melibatkan dirinya mungkin tidak apa-apa tapi ketika anaknya terkena dampak sosial, perih hatinya.

"Sudah waktunya makan." Sriyasih membenarkan jariknya, lantas menghampiri dua anak kembarnya itu. Dengan sedikit terpaksa Diederick menegakkan tubuhnya saat Vicky menariknya menuju dapur.

Rumah ini nampak sederhana meskipun dari segi manapun rumah ini terlihat lebih bagus daripada rumah sekitar-sekitarnya. Meneer Belanda selalu menjamin untuk selir-selirnya hidup dengan tunjangan meskipun tanpa kebahagiaan. Sriyasih menjadi salah satunya, dua sisi yang menikam dirinya, perutnya mungkin kenyang namun status sosialnya tercoreng. Panggilan nyai untuk dirinya terasa begitu memuakkan.

Dan tak ada yang tahu suatu saat nanti suaminya seorang meneer Belanda itu akan meninggalkannya, tanpa mengajaknya pergi ke negeri Belanda untuk pulang. Mereka akan di anggap hina, ia akan merana di sini sendirian dan menunggu meneer mana lagi yang akan menarik dirinya.

Meskipun ia sedikit bersyukur karena bisa melahirkan anak kembarnya. Diederick dan Vicky. Sayangnya, si kembar itu juga tak mendapat keadilan yang sama.

Diederick sangat di sayangi atau mungkin Vicky juga di sayangi suaminya, namun istri pertama dari suaminya tak pernah menyukai Vicky sekaligus. Alasannya cuma satu Vicky tak mencerminkan keturunan Belanda dan suatu saat nanti ketika suaminya kembali pulang ke negeri kincir angin bersama istri pertamanya, Diederick akan ikut serta, menjadi bagian dari keluarga mereka meninggalkan Vicky dan Sriyasih di tanah Jawa sendiri.

Vicky memang terlahir dengan kondisi berbeda, rambutnya hitam tak seperti Diederick yang memang mewarisi gen suami. Kulitnya putih ke-pink-pink-an. Sedangkan Vicky terlahir dengan mengikuti gen Sriyasih, putih yang terlalu pribumi.

Vicky tak menonjol dalam bentuk fisik, hanya tinggi tubuhnya melampaui pribumi pada umumnya. Ia tampan untuk kalangan Indonesia,

"Kamu harus mencicipi ini, Dieder."

Kos Kencana Putra |Zerobaseone Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang