Kepulangan Ricky dari Parangtritis di sambut Mas Zico dengan perasaan lega. Kabar bahwa tidak ada Evano disana adalah hal paling ia tunggu-tunggu tapi mendengar bahwa Riki sempat mengalami kejadian mistis kata Arka juga membuat Mas Zico di rundung khawatir.
Di ruang tamu Mas Zico menatap Ricky dengan pandangan menyelidik, "Masih nggak mau cerita ?"
"Nanti mas, gue- gue butuh waktu buat ngejelasin semua."
"Apanya yang butuh waktu ? Gue cuma nanya gimana bisa lo ngalamin kejadian mistis ? That's an easy thing, Rik. Apa susah ?" Riki lagi-lagi menghembuskan napasnya pelan, "Gue bingung" jawabnya dengan nada lirih.
Sedangkan Mas Zico mau tak mau hanya mengangguk, memaksa juga tidak akan membuat Riki membuka suara, alih-alih seperti Mas Juna yang hobi mendesak, dirinya adalah tipikal orang yang akan menunggu. Menunggu kapanpun Riki siap berbicara, ia tahu untuk seseorang yang seperti Riki-yang tak banyak bicara-bercerita butuh waktu untuk merangkai ; merangkai kata, merangkai perasaan, merangkai waktu.
"Gue ada kalo lo udah siap cerita." Begitu kata yang lebih tua.
"Mas Wahyu belum bisa pulang ?" Dari arah dapur, Arka membawa sebotol air mineral menenggaknya sembari berjalan ke arah kedua kakaknya.
"Belum, Rendra sama Daniel yang jaga. Mas Juna kerja,"
"Ntar sore gue mau kesana boleh, mas ?" Karena Arka belum menjenguk Wahyu, sore ini ia memang berniat kesana, sedikit mengalihkan pikirannya dari Evano. Mas Zico mengangguk, "ntar mas yang nganter."
"Riki." Lalu suara halus perempuan membuat Riki menoleh, ia mendapati Tante Kinanti berjalan ke arahnya. "Iya Tante ?"
"Nanti sebelum pulang bawa makanan. Mama udah masak banyak, kamu nggak ada yang masakin, kan ? Kasian mama kamu. Nanti bawa ya."
Kalian tahu apa yang lebih menghangatkan dari sinar matahari pagi ? Ya, perhatian seperti ini. Riki mungkin tak banyak bicara, Riki mungkin susah sekali mengungkapkan kata-kata. Tapi ia memiliki keluarga yang mampu membaca setiap pandangan matanya, mampu memahami keterdiamannya, mampu merangkai isi kepala Riki disaat dirinya sendiri tak mampu.
Ia bukan tak ingin bersuara, setiap kekhawatirannya, ketakutannya, apa yang ada dalam isi kepalanya, Riki ingin namun tak bisa. Nanti ketika Riki mampu memahami apa yang ingin ia utarakan, ia berjanji akan mengutarakan setiap hal yang mengganjal, sekarang ini ia ingin memahami dirinya sendiri.
Memahami diri sendiri bukan lagi perihal menutup diri, Riki ingin menyelami dirinya, ia tahu ada yang salah dengan dirinya, cara pandangnya yang kerap kali memandang orang-orang egois dan tak mengerti dirinya, yang kerap kali merasa bahwa ia paling kesepian disini. Yang selalu berpikir "Kenapa harus gue ?" perihal takdir yang ia terima. Riki ingin menemukan titik dan alasan-alasan yang sering ia pertanyakan. Sebab ia sudah menemukan banyak sekali generasi seperti dirinya yang selalu merasa bahwa dunia jahat, orang-orang sekitarnya tak peduli, takdir itu buta tanpa mereka tahu bahwa yang jahat bukan dunia, yang buta bukan takdir Tuhan, yang tak peduli bukan orang-orang melainkan diri sendiri yang mempersempit pikiran.
Riki selalu merasa orang-orang terdekatnya hanya ingin tahu tentang dunia nya, mereka tak benar-benar peduli, maka ketika ada yang bertanya "Lo kenapa sih ?" Riki enggan menjawab. Ini adalah pikiran yang salah, Riki tahu maka dari itu Riki ingin mengajari dirinya untuk mengubah pola pikir, butuh waktu tapi Riki yakin ia mampu.
Ia juga selalu merasa bahwa dunianya terasa sepi dan sedih, padahal jelas-jelas ia memiliki keluarga. Dan ketika ia melihat Evano mampu berinteraksi dengan siapapun, Jujur Riki iri. Dunia tak pernah bisa berpusat pada satu titik hidupnya, jadi ketika ia ingin memiliki teman, ketika ia ingin rasa sepi pergi dari dirinya, ia tahu yang ia lakukan adalah harus mengikuti arus dunia, ia harus membuka diri dan berusaha menatap sekelilingnya, dunia tak hanya memiliki putih dan hitam dunia punya lebih dari 16 juta warna dan Riki selalu menatap warna abu-abu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kos Kencana Putra |Zerobaseone
FanfictionKencana Putra tak pernah tertulis dalam sejarah, tapi ia melegenda dengan ceritanya sendiri. Semua orang bungkam ketika nama itu terdengar. Mengunci pintu rapat-rapat dan tak akan keluar semalaman penuh. Legenda mengatakan ia merenggut setiap nyawa...